Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, tengah bersiap mendorong sektor pariwisata naik kelas melalui pembentukan Integrated Area Development (IAD) HATTA. Inisiatif ini diresmikan pada 25 Februari 2025 dengan tujuan mengembangkan kawasan wisata berbasis perhutanan sosial secara partisipatif.
Nama HATTA sendiri merupakan akronim dari Nagari Harau, Tarantang, Taram, dan Sarilamak, empat wilayah yang menjadi fokus pengembangan kawasan. Wilayah-wilayah itu selama ini dikenal memiliki potensi alam, mulai dari air terjun, perbukitan, hingga panorama hijau yang menarik wisatawan.
Beberapa destinasi unggulan yang akan menjadi bagian dari kawasan IAD HATTA antara lain Air Terjun Aia Malanca, Panorama Bukit Tarantang, Panorama Solok Bio-Bio, Air Terjun Ulu Sungan, hingga Lubuk Aie. Selain itu, terdapat pula Kapalo Banda dan Nagari Lubuak Batingkok.
Strategi penguatan ekowisata yang dicanangkan pemerintah daerah menekankan keterlibatan aktif masyarakat. Salah satunya dengan menjadikan wisata kuliner sebagai pintu masuk bagi pengunjung untuk lebih dekat mengenal budaya lokal. Sektor pertanian, perikanan, dan peternakan juga diarahkan sebagai bagian dari wisata edukasi.
Kolaborasi promosi juga menjadi strategi penting agar kawasan ini semakin dikenal luas. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas, pelaku usaha, dan media, diharapkan bisa mendorong lebih banyak wisatawan datang. Semakin besar jumlah kunjungan, semakin besar pula dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat.
Salah satu motor penggerak dalam program ini adalah Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bando Taram. KUPS ini berkomitmen memadukan unsur alam dengan peran aktif masyarakat dalam mengelola kawasan.
Per 2024, omzet KUPS Bando Taram mencapai Rp1 miliar pada 2024 dan bertransformasi menjadi holding ekowisata. Dengan model bisnis yang lebih terorganisir, KUPS diharapkan dapat menjadi pionir pengembangan wisata berbasis komunitas di Sumatera Barat.
Lebih dari sekadar destinasi, kawasan ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan alam dapat melahirkan pariwisata yang berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.