Tanah di bawah banyak kota di Amerika Serikat (AS) terancam tenggelam, termasuk New Orleans, New York City, Miami dan San Francisco selatan.
Fenomena ini, yang dikenal sebagai penurunan tanah atau land subsidence, dapat berdampak buruk terhadap integritas bangunan dan infrastruktur.
Jika dibarengi dengan kenaikan permukaan air laut, hal ini dapat meningkatkan jumlah peristiwa banjir secara signifikan.
Masalah yang terkait dengan penurunan permukaan tanah dapat merugikan pemilik rumah di AS sebesar 6% dari nilai rumah.
Asisten Profesor Kebijakan Publik Mehdi Nemati di Universitas California, Riverside, mengatakan angka tersebut dapat melonjak hingga 8,1% di daerah dengan penurunan permukaan tanah yang tinggi.
Dalam penelitiannya, Mehdi dan rekan-rekan hanya terfokus di Lembah Tengah California. Namun, Mehdi menegaskan temuan tersebut dapat diekstrapolasi secara nasional.
Menurut Policygenius, asuransi pemilik rumah standar biasanya tidak mencakup masalah penurunan tanah.
Di beberapa daerah, pemilik rumah mungkin bisa membeli asuransi perlindungan khusus untuk penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh tambang atau aktivitas pertambangan terdekat.
Konsumen kemungkinan besar akan melihat dampak penurunan tanah secara langsung, dalam bentuk permasalahan pada rumah mereka, dan secara tidak langsung, dalam bentuk permasalahan terhadap perekonomian lokal mereka.
Baik proses alami maupun buatan manusia menyebabkan penurunan permukaan tanah.
Para peneliti mengatakan ketika gletser menyusut dari daratan di AS dan Kanada, proses tersebut menciptakan efek jungkat-jungkit di mana daratan di AS turun namun naik di Kanada.
Profesor geofisika dan penginderaan jauh di Virginia Tech Manoochehr Shirzaei juga menghubungkan beberapa penurunan permukaan tanah dengan proses tektonik.
“Misalnya, gempa bumi bisa membuat tanah naik, tapi di beberapa tempat juga bisa turun. Jadi, keduanya dianggap proses alami,” kata Manoochehr.
Penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh manusia berkaitan dengan cara kita mengembangkan kota, yaitu ekstraksi air tanah dan praktik pembangunan.
“Kita menggunakan air tanah untuk minum dan keperluan lainnya. Saat kita mengambil air dari daratan, ruang di bawahnya menjadi padat karena kita membangun di atasnya,” ujar Wakil Presiden Bidang Energi dan Lingkungan di Asosiasi Rencana Regional Rob Freudenberg.
Bahan bangunan yang berat juga membuat lahan menjadi padat, sehingga membahayakan infrastruktur. Ketika dirancang, sebagian besar infrastruktur tidak memperhitungkan perpindahan lahan. Menurut para ahli, ini bisa berbahaya.
“Jika kita membayangkan seperti jalur kereta api melintasi tanah yang tenggelam, sebagian akan tenggelam, sebagian lagi tidak. Jadi, sekarang kita mungkin mengalami erosi di bawah lintasan yang sebelumnya tidak kita alami. Kita mungkin harus menyelaraskan kembali jalurnya,” kata Rob, dikutip dari CNBC, Kamis (11/7).