Katadata Green
Banner

Perubahan Iklim Buat Banjir di Brasil Dua Kali Lebih Mungkin Terjadi

ANTARA FOTO/Rahmad/YU
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 4 Juni 2024, 16.49

Perubahan iklim membuat banjir yang melanda Brasil selatan dua kali lebih mungkin terjadi, menurut tim ilmuwan internasional pada hari Senin (3/6). Hujan lebat juga diperparah oleh fenomena alam El Nino.

Lebih dari 170 orang tewas dan hampir 580.000 orang mengungsi setelah badai dan banjir menghantam negara bagian paling selatan Brazil, Rio Grande do Sul, bulan lalu. 

Peristiwa tersebut digambarkan oleh pihak berwenang setempat sebagai bencana terburuk dalam sejarah wilayah Rio Grande do Sul.

Bahkan dalam iklim saat ini, para ahli dari kelompok Atribusi Cuaca Dunia mengatakan, curah hujan lebat yang menenggelamkan seluruh kota dan menghancurkan infrastruktur penting merupakan peristiwa yang sangat langka. 

Diperkirakan hanya terjadi sekali dalam 100 hingga 250 tahun. Namun, peristiwa ini akan menjadi lebih langka lagi tanpa adanya dampak dari pembakaran bahan bakar fosil, menurut kelompok tersebut.

Dengan menggabungkan pengamatan cuaca dengan hasil model iklim, para ilmuwan memperkirakan bahwa perubahan iklim telah membuat peristiwa di Brasil selatan dua kali lebih mungkin terjadi dan sekitar 6% hingga 9% lebih intensif.

“Iklim di Brasil telah berubah. Studi atribusi ini menegaskan bahwa aktivitas manusia telah berkontribusi pada kejadian ekstrem yang lebih intensif dan lebih sering terjadi. Menyoroti kerentanan negara ini terhadap perubahan iklim,” kata Lincoln Alves, seorang peneliti di Instituto Nacional de Pesquisas Espaciais (INPE), pusat penelitian antariksa Brasil.

Fenomena El Nino, yang berkontribusi terhadap suhu yang lebih tinggi di banyak bagian dunia dan meningkatkan curah hujan serta risiko banjir di beberapa bagian Amerika, juga berperan dalam bencana baru-baru ini.

Studi ini memperkirakan El Nino meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana dengan faktor 2 hingga 5, sekaligus membuat curah hujan menjadi 3% hingga 10% lebih tinggi.

Kegagalan infrastruktur penting, penggundulan hutan, dan urbanisasi yang cepat di kota-kota seperti ibukota Rio Grande do Sul, Porto Alegre, yang berpenduduk 1,3 juta orang, turut memperbesar dampak bencana.

Peneliti di Universidade Federal de Santa Catarina (UFSC) Regina Rodrigues mengatakan infrastruktur perlindungan banjir yang terpelihara dengan baik dan perencanaan kota yang tepat diperlukan untuk meminimalkan dampak dari peristiwa ekstrem tersebut.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.