Negara-negara di Afrika Selatan khawatir jumlah kematian gajah naik dalam beberapa bulan mendatang karena sumber makanan dan air semakin berkurang akibat kekeringan yang parah.
Afrika Selatan memang menjadi rumah bagi populasi gajah terbesar di dunia. Wilayah ini mengalami periode panas dan kering yang berkepanjangan selama musim hujan 2023/24.
Penyebabnya adalah El Nino, fenomena cuaca yang ditandai dengan pemanasan air di Pasifik timur, yang menyebabkan cuaca lebih panas di seluruh dunia.
Para ilmuwan mengatakan El Nino telah memperburuk dampak perubahan iklim. Kekeringan telah mempengaruhi pasokan air dan makanan bagi manusia, ternak, dan satwa liar.
Zimbabwe kehilangan 160 gajah di Taman Nasional Hwange dari Agustus tahun lalu hingga Januari 2024, menurut otoritas satwa liar di negara tersebut. 300 gajah mati di Botswana akibat kekeringan tahun lalu, menurut kementerian lingkungan Botswana.
Negara lain seperti Zambia juga mengkonfirmasi kematian gajah di taman nasionalnya. Menteri Lingkungan Zambia Rodney Sikumba menyebut kekeringan itu “menghancurkan.”
Lima negara yang membentuk kawasan konservasi Kavango-Zambezi (KAZA), yang menjadi rumah bagi 227.000 gajah, melakukan perrtemuan di Livingstone, Zambia.
Kelimanya - Zimbabwe, Zambia, Botswana, Angola, dan Namibia - membahas pengelolaan satwa liar yang berkelanjutan.
"Kekeringan berdampak buruk dan sebagian besar sumur di taman-taman sekitar KAZA mengering. Tanpa air dan makanan, bangkai-bangkai hewan akan terlihat berserakan di taman-taman tersebut," kata Rodney, dikutip dari Reuters pada Kamis (30/5).
Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe (Zimparks) telah menerima US$ 3 juta (Rp 48 miliar) dana bencana dari pemerintahnya untuk meningkatkan pasokan air di taman nasional. Namun, Direktur Jenderal Zimparks Fulton Mangwanya mengatakan dana tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan satwa liar.
"Kami memiliki lebih dari 150 sumur bertenaga surya. Ketika kekeringan ekstrem melanda, sumur-umur itu tidak akan bisa menghentikan kematian gajah. Kami siap menghadapi kekeringan, tetapi beberapa situasi tidak dapat dihindari," kata Fulton.
Menurut para delegasi KAZA, perubahan iklim telah memperburuk konflik antara manusia dan satwa liar karena gajah merambah habitat manusia dalam mencari makanan dan air. Zimbabwe kehilangan 50 orang akibat serangan gajah tahun lalu.
Direktur Konservasi Lanskap dari International Fund for Animal Welfare (IFAW) Philip Kuvawoga mengatakan satwa liar menghadapi risiko kekurangan makanan yang lebih besar akibat kekeringan dan peningkatan risiko kebakaran.
"Manajemen kebakaran penting agar kita dapat mempertahankan dan menjaga ketersediaan makanan untuk satwa liar," kata Philip.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.