Katadata Green
Banner

Inggris Bayar Pendanaan Restorasi Alam Kurang dari Separuh

Freepik
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 24 Juni 2024, 23.45

Inggris, Kanada, Selandia Baru, Italia dan Spanyol termasuk di antara negara-negara kaya yang menyumbangkan kurang dari separuh porsi wajar mereka untuk pendanaan restorasi alam bagi negara-negara miskin.

Negara-negara maju telah sepakat untuk secara kolektif menyumbangkan minimal US$20 miliar (Rp 327 triliun) per tahun untuk restorasi alam di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di tahun 2025.

Dana ini merupakan tambahan dari dana sebesar US$100 miliar (Rp 1.638 triliun) yang telah disepakati untuk pendanaan iklim.

Menurut laporan dari lembaga pemikir Overseas Development Institute (ODI), Norwegia dan Swedia adalah dua negara yang sejauh ini telah memberikan sesuai porsi wajar mereka, sementara sebagian besar negara maju bahkan tidak memberikan setengah dari jumlah yang seharusnya.

Inggris memberikan sekitar 24% dari komitmennya. Negara-negara di Eropa selatan dan timur berada di peringkat terbawah, dengan Yunani hanya memberikan sekitar 10% dari yang seharusnya, dan Polandia 5%.

Menurut para peneliti yang mengamati kemajuan setiap negara berdasarkan data tahun 2021, yang merupakan data terbaru yang dirilis oleh pemerintah, negara-negara kekurangan £9,1 miliar atau US$11,6 miliar (Rp 190 triliun) untuk memenuhi komitmen keuangan tersebut dan harus menaikannya secara dramatis. 

Beberapa janji tambahan telah dibuat dalam tiga tahun terakhir, tetapi tidak secara substansial menjadi penggerak. Negara-negara kaya menjadi yang paling bertanggung jawab atas hilangnya alam secara global selama 60 tahun terakhir. 

Pembayaran kepada negara-negara miskin, yang biasanya memiliki cadangan keanekaragaman hayati terbesar yang tersisa dan jejak ekologi yang lebih kecil, dirancang untuk mengkompensasi konsumsi sumber daya alam yang berlebihan di planet bumi ini.

Laporan tersebut merupakan analisis pertama mengenai bagaimana masing-masing negara donor memenuhi komitmen keuangan mereka yang dibuat dalam Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global (Global Biodiversity Framework/GBF) Kunming-Montreal 2022 di Cop15, di mana target-target alam untuk satu dekade ke depan telah disepakati.

Populasi satwa liar di bumi juga telah merosot rata-rata 69% hanya dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun, dan selama beberapa dekade negara-negara gagal memenuhi target PBB untuk menghentikan penurunan ini.

"Kami berharap laporan ini dapat menjadi peringatan bagi negara-negara berpenghasilan tinggi untuk memenuhi kewajiban mereka," ujar penulis utama laporan ini dan peneliti di ODI, Laetitia Pettinotti.

Menurut Laetitia, kegagalan untuk mencapai target akan merusak konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati dan merusak kepercayaan. 

"Namun, yang jauh lebih penting, kegagalan ini merupakan ancaman nyata bagi kemakmuran, mata pencaharian, ekonomi, dan kesehatan kita bersama," imbuhnya, dikutip dari The Guardian, Kamis (20/6).

Perjanjian Cop15 tahun 2022 tidak merinci berapa banyak yang akan dikontribusikan oleh setiap negara untuk pendanaan restorasi alam. 

Laporan ini menghitungnya dengan memperhitungkan dampak historis negara terhadap alam, pendapatan nasional bruto, dan populasi mereka untuk menghitung berapa banyak yang harus dikontribusikan oleh masing-masing dari 28 negara donor terhadap dana sebesar US$20 miliar.

"Kami masih jauh dari mencapai tujuan ini dan harus secara dramatis meningkatkan kontribusi kami dalam satu tahun ke depan," kata CEO ODI, Sara Pantuliano.

Kesepakatan bersama sering kali melindungi negara-negara kaya dari tanggung jawab individu. "Membagi tanggung jawab adalah langkah penting untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kesadaran," tambahnya.

Jerman dan Prancis hampir memberikan kontribusi yang seharusnya, seperti halnya Australia. Beberapa negara telah memberikan kontribusi keuangan sejak tahun 2021. 

Berdasarkan laporan Campaign for Nature, yang menugaskan penelitian ini: 29 negara berjanji untuk memberikan dana sebesar US$480 juta (Rp 7,8 triliun) per tahun kepada Global Environment Facility. 

Kanada, Jerman, Jepang, Luksemburg, Spanyol, dan Inggris berkomitmen untuk memberikan dana sebesar US$32 juta (Rp 524 miliar) per tahun kepada Global Biodiversity Framework Fund.

Amerika Serikat (AS) tidak terlibat dalam GBF dan, oleh karena itu, tidak berkomitmen untuk berkontribusi terhadap target tersebut. Jika diikutsertakan, AS akan menjadi salah satu negara dengan kinerja terburuk, demikian kesimpulan laporan tersebut.

Para pemimpin dunia akan bertemu di Cop16 di Cali, Kolombia, untuk meninjau kembali komitmen keuangan tersebut.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.