Katadata Green HUT RI 79
Banner

Bahan Bakar Bersih Sektor Pelayaran Berkontribusi ke Pemanasan Laut

Pertamina International Shipping
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 3 Juni 2024, 12.51

Peraturan bahan bakar pelayaran yang diperkenalkan pada tahun 2020 telah mengurangi polusi sulfur dioksida (SO2) secara substansial dan kemungkinan membuat lautan lebih hangat dengan mengurangi tutupan awan.

Peraturan Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk mengatasi polusi laut memaksa para pelaku sektor pelayaran mengurangi kandungan sulfur dalam bahan bakar mereka menjadi 0,5% dari 3,5%.

Menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Tianle Yuan dari Universitas Maryland, pengurangan kandungan sulfur menyebabkan penurunan emisi SO2 sebesar 80%.

Selain menjadi polutan utama, SO2 juga menyamarkan pemanasan global dengan membentuk aerosol yang menebalkan dan mencerahkan awan, sehingga memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa.

Standar bahan bakar IMO bisa jadi bertanggung jawab atas 80% dari total penyerapan panas bersih planet bumi sejak tahun 2020, dengan dampak yang sangat terasa di jalur sibuk pelayaran, demikian estimasi para peneliti dalam makalah yang diterbitkan oleh jurnal Communications Earth & Environment.

Para peneliti iklim mengidentifikasi pengurangan SO2 sebagai kontributor potensial terhadap rekor suhu lautan tahun lalu. 

Beberapa juga berpendapat bahwa pengurangan polusi udara di seluruh dunia dapat mempercepat pemanasan global.

“Efek pendinginan (SO2) ini sudah dipahami dengan baik dan peristiwa-peristiwa terdokumentasi telah terjadi sebagai konsekuensi dari beberapa letusan gunung berapi besar yang mengeluarkan SO2 selama 2.000 tahun terakhir,” kata Stuart Haszeldine, Direktur Lembaga Perubahan Iklim di Universitas Edinburgh, dikutip dari Reuters pada Jumat (31/5).

Stuart, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan dampak terhadap suhu global sangat jelas, sangat mengkhawatirkan dan sangat signifikan meskipun sulit untuk membuat prediksi yang tepat mengenainya.

Peneliti lain mengatakan bahwa penelitian tersebut mungkin melebih-lebihkan dampak dari kebijakan bahan bakar IMO.

“Penelitian tentang mengapa suhu akhir-akhir ini sangat tinggi sedang berlangsung, dan berkurangnya kandungan sulfur dalam bahan bakar kapal hanyalah salah satu faktor penyebabnya,” kata Joel Hirschi dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris.

Menurut para peneliti, makalah penelitian mereka menunjukkan bahwa pencerahan awan laut dapat menjadi solusi geoengineering atau perekayasaan kebumian yang potensial terhadap pemanasan global.

Peneliti telah mencari cara untuk memantulkan panas kembali ke angkasa. Namun, usulan untuk menyuntikkan SO2 ke atmosfer masih menjadi kontroversi. 

Percobaan lain juga telah dilakukan untuk menyemprotkan air laut ke udara untuk menebalkan awan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.