Dunia memiliki “tanggung jawab moral” untuk membantu Negara-negara Berkembang Kepulauan Kecil (SIDS) bertahan dari Krisis Iklim. Menurut Direktur Eksekutif Unops Jorge Moreira da Silva, perjuangan negara-negara kepulauan kecil bertahan hidup perlu dukungan.
Menjelang konferensi tahunan keempat SIDS yang diadakan di Antigua dan Barbuda minggu ini, Jorge menyerukan pengakuan terhadap masalah yang dihadapi oleh “beberapa ekonomi paling rentan di dunia” yang menyumbang kurang dari 1% emisi karbon global.
“Karena keadaan dan kerentanannya yang unik, SIDS menghadapi tingkat kesulitan utang yang lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya," katanya.
Lebih dari 40% Negara-negara Berkembang Kepulauan Kecil sekarang berada di ambang, atau sudah menghadapi, tingkat utang yang tidak berkelanjutan. Untuk setiap bencana besar, utang eksternal swasta di SIDS cenderung meningkat.
Antara 2016 dan 2020, SIDS telah membayar layanan utang 18 kali lebih banyak dari apa yang mereka terima sebagai pendanaan iklim. SIDS sangat bergantung pada perdagangan internasional dengan sumber daya terbatas, lokasi yang jauh dari pasar utama, dan kerentanan terhadap bencana alam.
"Mereka sudah berada dalam situasi yang sangat sulit sebelum terkena dampak ekonomi dari pandemi. Akibatnya, PDB mereka menyusut rata-rata 6,9% pada tahun 2020, dibandingkan dengan 4,8% di semua negara berkembang lainnya," kata Jorge.
Konferensi SIDS mencakup 37 negara anggota PBB, termasuk 16 dari Karibia, yang terkena dampak krisis iklim secara tidak proporsional.
Jorge mengatakan SIDS memiliki akses terbatas terhadap sumber daya pembangunan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk mekanisme keringanan utang karena pendapatan nasional bruto per kapita mereka, meskipun mereka menghadapi begitu banyak risiko. Solusi praktis diperlukan untuk memperluas opsi bagi SIDS.
“Selain kebutuhan akan lebih banyak pembiayaan, ada masalah kapasitas untuk implementasi, apakah ini keterbatasan kapasitas manusia atau teknis,” kata Jorge, dikutip dari The Guardian pada Senin (27/5).
Banyak negara membutuhkan kapasitas lebih untuk mengidentifikasi kebutuhan nasional dan fokus pada perencanaan jangka panjang. SIDS menyumbang kurang dari 1% emisi karbon global namun menderita secara tidak proporsional akibat dampak perubahan iklim.
Rakyat Negara-negara Berkembang Kepulauan Kecil berada di garis depan krisis iklim yang tidak mereka ciptakan. Komunitas internasional memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung upaya mereka melawan perubahan iklim dan membangun masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.
“Kita harus peduli dan mendukung bukan hanya dalam semangat solidaritas dan keadilan iklim, tetapi karena nasib SIDS terkait erat dengan komunitas global secara keseluruhan. Jangan lupa, SIDS merupakan penjaga penting lautan. Mereka rumah bagi sebagian besar keanekaragaman hayati dunia kita,” kata Jorge.
Menurutnya, krisis iklim bagi banyak negara adalah tentang bertahan hidup. Tujuan utama konferensi ini untuk menyerukan tindakan berani mendukung SIDS membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh.
Diharapkan konferensi ini akan menghasilkan adopsi program aksi baru untuk dekade berikutnya, untuk merevitalisasi ekonomi, mengelola risiko bencana, dan melestarikan habitat alam.
Unops, agensi untuk manajemen proyek dan infrastruktur, telah bekerja dengan mitra, termasuk memperkuat layanan kesehatan di Barbados bekerja sama dengan India, mendukung sistem penyimpanan air hujan di Maladewa, bekerja pada perlindungan pantai di Kiribati, dan sistem peringatan dini cuaca di Timor-Leste.
Jorge menambahkan konferensi ini merupakan kesempatan unik untuk bekerja menuju masa depan bagi SIDS. “Masa depan di mana mereka makmur, tangguh, dan berkelanjutan, selaras dengan budaya dan keanekaragaman hayati mereka,” ujarnya.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.