Banner

Menikmati Aren di Bonto Massailea

Katadata
Avatar
Oleh Ardhia Annisa Putri 21 Maret 2024, 17.40

Pernah mengunjungi Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan? Jika berkesempatan pergi ke sana, tidak ada salahnya menyempatkan diri berkunjung ke Ekowisata Bonto Massailea di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang.

Ekowisata yang dirintis sejak  2019 oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Buhung Lali ini menawarkan keindahan alam dari puncak Bangkeng Buki.

Pemandangan indah di Ekowisata Bonto Massailea. (Katadata)

Ekowisata Bonto Massailea melibatkan masyarakat setempat sebagai pengelola dan pemandu wisata, menumbuhkan usaha makanan dan minuman di sekitar ekowisata, serta menjadikan masyarakat sebagai agen promosi. Selain keindahan alam, Bonto Massailea juga memiliki banyak potensi lain seperti aren yang diolah sendiri oleh masyarakat Desa Bukit Harapan.

Tim Katadata Green berkesempatan mengunjungi tempat pengolahan gula aren milik Mama Hawise yang lokasinya dekat dengan pintu masuk Bonto Massailea pada Selasa (6/2). Pengolahan gula aren milik Mama Hawise dapat menghasilkan sekitar 50 kilogram (kg) gula semut setiap bulannya.

Mama Hawise menuturkan ia dan beberapa ibu-ibu di desa belajar membuat gula semut dari Tamrin, Ketua KTH Buhung Lali. 

Sebelum mengolah gula aren menjadi gula semut, ibu-ibu di sana mengolahnya menjadi gula batok. Namun, setelah berproses, gula semut ternyata memiliki daya tahan yang lebih lama dibanding gula batok, sehingga KTH Buhung Lali pun berfokus membuat gula semut.

Para pengunjung sedang menyaksikan proses pembuatan gula aren. (Katadata)

“Cairan aren dicampur dengan sene dan minyak kelapa. Kemudian dimasak hingga mengental,” kata Mama Hawise menjelaskan proses pembuatan gula semut.”Setelah cairan tersebut mengental, angkat, aduk, kemudian dikeringkan dan diayak hingga gula semut yang dihasilkan memiliki butiran halus.” 

Semua proses tersebut memakan waktu selama enam jam per harinya dan menggunakan kayu bakar dari kayu kering sekitar desa. 

Biasanya sekali memasak, Mama Hawise mengolah 50 liter cairan aren yang kemudian akan menghasilkan 10 kilogram (kg) gula semut. “Setelah jadi gula semut, nanti dikirim ke rumah Pak Tamrin untuk dikemas, diberi label, dan dipasarkan ke daerah-daerah,” ujar Mama Hawise.

Tumpukan gula semut sebelum dikemas. (KTH Buhung Lali)

Masih di tempat Mama Hawise, sambil duduk melingkar di dekat perapian, pengunjung bisa mencicipi kopi liberika khas Desa Bukit Harapan diseduh dengan gula aren yang mendidih. Aroma aren bercampur dengan kopi menguar. Wanginya harum dan sedap rasanya. 

Mama Hawise merupakan salah satu anggota KTH Buhung Lali yang memanfaatkan potensi aren di Desa Bukit Harapan. Menurut Ketua KTH Buhung Lali, Tamrin, pengolahan aren menjadi gula semut telah membawa berkah tersendiri bagi anggota dan masyarakat sekitar.

KTH Buhung Lali mulai memproduksi gula semut sejak 2014. Gula semut ini telah dijual ke area Sulawesi dan Kalimantan, bahkan diekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Jepang, dan India. 

“Untuk anggota pengrajin gula semut yang aktif, rata-rata pendapatannya dalam satu bulan bisa Rp 1-1,5 juta. Ini di luar pendapatan mereka sebagai petani,” Kata Tamrin, ketika dihubungi secara terpisah oleh Katadata Green, Jumat (16/2).

Menurut Penyuluh KTH Buhung Lali, Imran, tempat Mama Hawise memasak aren akan menjadi lokasi wisata edukasi pembuatan aren dan menikmati kuliner kopi khas Bukit Harapan. Imran menjelaskan nantinya setelah mendaki dan menikmati keindahan Bonto Massailea, pengunjung dapat turun dan langsung menikmati kopi sambil saling bercengkrama.

“Tempatnya akan tetap alami. Hanya akan kami rapikan supaya pengunjung lebih nyaman,” kata Imran.

Beberapa pohon aren yang ada di Desa Bukit Harapan. (Katadata)

Hampir semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Selain untuk menyeduh kopi, gula aren dan gula semut biasanya dimanfaatkan sebagai campuran makanan, mulai kue hingga lauk pauk dan minuman seperti teh oleh warga sekitar.

Tamrin juga menjelaskan, daun dan batang aren kering bisa digunakan juga sebagai bahan bakar untuk memasak seperti Mama Hawise mengolah aren. Lalu, batangnya pun dapat dijadikan perabotan rumah tangga dan bahan bangunan.

“Jadi, pohon aren memberikan banyak manfaat bagi kehidupan desa kami,” ujar dia.

Reporter : Ardhia Annisa Putri Editor : Padjar Iswara
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.