Katadata Green
Banner

Produksi Batu Bara Metalurgi Kian Agresif Meski Pasokan Melimpah

123.com/parilovv
Avatar
Oleh Rezza 23 Januari 2025, 17.29

Meskipun pasokan batu bara metalurgi untuk industri baja global diprediksi sudah mencukupi hingga 2050, ratusan perusahaan tambang saat ini masih berupaya meningkatkan produksi. 

Laporan lembaga think tank asal Jerman, Urgewald, menyebut produksi batu bara metalurgi di dunia saat ini sudah melebihi kebutuhan industri hingga 37%. Bahkan jika penambangan dihentikan, stok masih tersedia hingga 2050. 

Batu bara metalurgi yang memiliki kalori tinggi diperlukan untuk memproduksi kokas yang penting sebagai bahan baku industri baja. Ketergantungan terhadap batu bara berkalori tinggi inilah membuat sektor baja seringkali diprediksi akan sulit untuk memangkas emisi. Saat ini, industri besi dan baja menyumbang sekitar 11% dari total emisi global.

Kendati demikian, laporan lembaga think tank Agora Industries menyebut perkembangan teknologi terkini sebetulnya bisa membuat industri baja lebih ramah lingkungan. Riset tersebut bahkan menyebut peluang industri baja untuk meninggalkan batu bara di 2040 sangat memungkinkan.

Sayangnya, meskipun pasokan batu bara metalurgi melimpah dan teknologi ramah lingkungan sudah tersedia, ratusan perusahaan tambang masih berambisi menambah kapasitas produksi. s Heffa Schuecking, Director of Urgewald mengatakan setidaknya ada 160 perusahaan tambang di 18 negara yang ingin meningkatkan kapasitas produksinya. Hal ini akan memicu lonjakan produksi hingga 551 juta ton batu bara per tahun atau bertambah sekitar 50% dari kapasitas saat ini. 

Data Urgewald menyebut kantong-kantong batu bara metalurgi terkonsentrasi di Rusia, Australia, dan Cina. Di Indonesia, setidaknya ada 5 perusahaan yang akan meningkatkan produksi batu bara metalurgi. 

Sementara itu, Reclaim Finance yang menganalisis kebijakan pendanaan batu bara di 386 lembaga keuangan menyebut sekitar 183 institusi sudah memiliki kebijakan terkait batu bara termal, tetapi hanya 16 lembaga yang memiliki kebijakan serupa untuk batu bara metalurgi. Dari 16 lembaga tersebut, 11 merupakan sektor perbankan, 1 manajer aset, dan 1 perusahaan asuransi. Salah satu perusahaan yang sudah memiliki kebijakan ketat di sektor ini adalah perusahaan asuransi asal Swiss, Zurich, yang sudah meninggalkan pertambangan metalurgi baru serta perusahaan yang memproduksinya.  

“Produksi batu bara metalurgi berkontribusi sekitar 13% dari total produksi batu bara dan lembaga keuangan harus memasukkannya ke dalam kebijakan mereka,” kata Head of Met Coal Research Urgewald, Lia Wagner. 

Editor : Rezza
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.