Katadata Green
Banner

Komitmen Iklim Azerbaijan Masih Jauh dari Komitmen Perjanjian Paris

freepik.com
Avatar
Oleh Hari Widowati 27 September 2024, 13.47

Azerbaijan, negara yang terpilih sebagai tuan rumah konferensi iklim terpenting tahun ini, dinilai mengalami kemunduran dalam hal aksi iklim. Hasil penilaian dari Climate Action Tracker (CAT), sebuah proyek ilmiah independen yang memantau rencana pengurangan emisi pemerintah, menyimpulkan kebijakan dan target negara tersebut jauh dari konsisten dengan tujuan Perjanjian Paris. 

Dunia harus mengurangi emisi karbon sebesar 43% dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2019 agar tidak melampaui target Paris. Menurut CAT, emisi gas rumah kaca Azerbaijan diperkirakan akan meningkat sebesar 20% hingga tahun 2030. 

Dalam pengajuan Kontribusi yang Diniatkan Secara Nasional (NDC) terakhirnya, Azerbaijan berjanji untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 40% pada pertengahan abad ini dibandingkan dengan tingkat emisi pada 1990. Namun, Azerbaijan tidak mencantumkan target 2030 yang telah dicantumkan dalam NDC sebelumnya. 

NDC adalah rencana nasional untuk pengurangan emisi yang harus dibuat dan diperbarui oleh setiap penandatangan Perjanjian Paris setiap lima tahun. Menurut Pasal 4.3 dari perjanjian tersebut, setiap pengajuan harus lebih ambisius daripada yang sebelumnya. 

“Secara keseluruhan, kami menilai aksi iklim Azerbaijan sebagai sangat tidak memadai,” demikian kesimpulan dari penilaian CAT yang dikutip oleh Earth.org, Kamis (26/9). CAT menilai Azerbaijan perlu meningkatkan ambisi kebijakan iklimnya secara signifikan untuk membalikkan pertumbuhan emisi yang cepat saat ini dan mengatur emisinya pada lintasan penurunan yang pasti. 

Azerbaijan adalah negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan merupakan wilayah penghasil minyak tertua di dunia. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), minyak dan gas menyumbang sekitar 90% dari pendapatan ekspor negara dan 60% dari anggaran pemerintah. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendapat kecaman setelah menunjuk negara ini untuk memimpin pertemuan COP29 pada November mendatang. Azerbaijan merupakan negara yang menjadi tuan rumah perundingan COP29 setelah Uni Emirat Arab (UEA) pada 2023 dan Mesir pada 2022. 

Pada April lalu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan negaranya akan terus berinvestasi dalam produksi gas untuk memenuhi permintaan energi Uni Eropa sebagai tanda tanggung jawab. Pernyataan tersebut merupakan bagian dari pidato pembukaannya pada hari kedua Dialog Iklim Petersberg, sebuah konferensi internasional tahunan yang diselenggarakan bersama oleh Kementerian Luar Negeri Jerman dan Kepresidenan COP saat ini. 

Dialog iklim tersebut menyatukan negara-negara terpilih untuk mempersiapkan pertemuan puncak COP29. 

“Memiliki cadangan minyak dan gas bukanlah kesalahan kita. Itu adalah anugerah Tuhan. Kita harus dinilai bukan dari hal itu, tetapi bagaimana kita menggunakan sumber daya ini untuk pembangunan negara, untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan apa yang menjadi target kita sehubungan dengan agenda hijau,” kata Aliyev. 

Gagal Memasukkan Penghapusan Bahan Bakar Fosil dalam Agenda COP29 

Minggu lalu, tuan rumah COP29 ini menjadi pusat kritik karena gagal memasukkan rencana untuk menghapus bahan bakar fosil dalam Agenda Aksi KTT. Sebaliknya, negara ini menguraikan penyimpanan energi global, jaringan listrik, dan pendanaan iklim sebagai prioritas. 

Hal ini terlepas dari seruan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kesepakatan COP28 untuk beralih dari bahan bakar fosil dalam sistem energi, dengan cara yang adil, teratur dan merata untuk mencapai titik nol pada 2050 sesuai dengan ilmu pengetahuan. 

Pembakaran batu bara, gas alam, dan minyak untuk menghasilkan listrik dan panas merupakan sumber emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di dunia. Bahan bakar fosil merupakan penyebab utama pemanasan global karena memerangkap panas di atmosfer dan meningkatkan suhu permukaan bumi. 

Konsumsi bahan bakar fosil global meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir karena negara-negara di seluruh dunia telah berupaya meningkatkan standar hidup dan hasil ekonomi mereka. Para ilmuwan telah lama memperingatkan pembatasan ekstraksi dan konsumsi bahan bakar fosil adalah satu-satunya cara untuk menghentikan pemanasan global dan mengamankan masa depan yang layak huni.

Reporter : reportergreen Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.