Cina dan Amerika Serikat masih memiliki “beberapa perbedaan” dalam isu-isu seperti pendanaan iklim. Namun, kedua negara ini telah membuat kemajuan dalam mempersempit perbedaan-perbedaan tersebut dalam pembicaraan minggu ini. Utusan Iklim AS John Pedesta mengatakan hal tersebut dalam kunjungannya di Beijing, Jumat (6/9).
“Meskipun ada beberapa gesekan dalam hubungan bilateral kita, kita dapat menemukan tempat untuk berkolaborasi demi kebaikan rakyat dan iklim kita,” kata Podesta kepada para wartawan setelah pertemuan dengan mitranya dari Cina, Liu Zhenmin, dan menteri luar negeri Cina, Wang Yi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (7/9).
Kerja sama iklim antara dua negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia telah membantu membangun konsensus untuk pakta global seperti Perjanjian Paris 2015. Namun, para ahli mengatakan bahwa tidak banyak yang diharapkan dari putaran pembicaraan minggu ini, terutama di tengah ketidakpastian tentang hasil pemilihan presiden AS.
Sebagai presiden, Donald Trump mengakhiri dialog iklim dengan Cina pada tahun 2017 dan menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Paris. Trump diperkirakan akan melakukan hal yang sama jika ia terpilih kembali tahun ini.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Cina Wang mengatakan kepada Podesta bahwa ia “berharap pihak AS akan menjaga stabilitas kebijakan” walaupun ada perubahan pemerintahan.
Podesta mengatakan bahwa kedua belah pihak melakukan “diskusi yang sangat baik” mengenai pembicaraan iklim COP29 yang akan datang di Baku, Azerbaijan pada bulan November 2024. Kesepakatan mengenai dana baru yang besar untuk membantu negara-negara berkembang akan menjadi prioritas utama dalam COP29.
Kedua belah pihak juga berencana untuk mengadakan pertemuan bilateral untuk mengurangi gas rumah kaca non-CO2 seperti metana. “Gas-gas ini kurang mendapat perhatian, padahal gas-gas ini merupakan separuh dari penyebab pemanasan global,” ujar Podesta.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.