Katadata Green
Banner

ADB Bakal Alokasikan 50% Pembiayaannya untuk Pendanaan Iklim pada 2030

Freepik
Avatar
Oleh Hari Widowati 9 September 2024, 07.05

Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan bahwa mereka telah menyetujui target baru untuk mengalokasikan 50% dari pembiayaan tahunannya untuk pendanaan iklim pada tahun 2030. ADB juga bakal meningkatkan mobilisasi modal sektor swasta sebagai bagian dari pembaruan strategi besar-besaran selama sisa dekade ini.

Bank multilateral tersebut mengatakan bahwa target baru ini merupakan lompatan besar dari ambisi 35% yang ada saat ini dan disertai dengan target berbasis dolar sebesar US$100 miliar (Rp 1.545 triliun) untuk pendanaan iklim kumulatif antara tahun 2019 dan 2030. Sejauh ini baru US$30 miliar (Rp 463,7 triliun) yang telah dikontribusikan oleh ADB.

“Kami ingin menjadi bank perubahan iklim di kawasan ini,” ujar Direktur Strategi ADB Tomoyuki Kimura kepada Reuters dalam sebuah wawancara, Jumat (6/9).

Kimura mengatakan bahwa di bawah Tinjauan Jangka Menengah Strategi 2030, ADB akan mempertajam fokusnya pada lima isu pembangunan yang paling mendesak di Asia. Kelima isu itu adalah perubahan iklim, mengembangkan sektor swasta yang kuat, bekerja sama dalam penyediaan barang publik seperti layanan kesehatan, transformasi digital, dan membuat masyarakat yang rentan menjadi lebih tangguh.

Melibatkan Swasta

Untuk memperluas pengembangan sektor swasta, ADB akan menargetkan pembiayaan sebesar US$13 miliar (Rp 200,96 triliun) untuk proyek-proyek sektor swasta dari 2019 hingga 2030. Nilai pembiayaan ini lebih dari tiga kali lipat dari tingkat saat ini sekitar US$3,7 miliar (Rp 57,2 triliun) untuk periode tersebut.

Kimura mengatakan target tersebut akan dicapai dengan pinjaman sektor swasta ADB sendiri dan dana dari lembaga mitra dan pemberi pinjaman lainnya. Target tersebut mencakup minimal US$4,5 miliar (Rp 69,56 triliun) dalam bentuk mobilisasi modal swasta langsung. 

Ini merupakan sebuah lompatan besar dari mobilisasi modal swasta sebesar US$1,4 miliar (Rp 21,64 triliun) sejak 2019. ADB akan bekerja sama dengan berbagai jenis mitra sektor swasta baru, termasuk dana investasi, filantropi, dan lembaga lain.

“Guncangan bertingkat telah menggagalkan kemajuan pembangunan selama bertahun-tahun di Asia dan Pasifik. ADB memperbarui visinya, memperluas kapasitas keuangannya, dan memodernisasi pendekatan operasionalnya untuk membantu para anggotanya merespons tantangan-tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam sebuah pernyataan.

Reformasi Pembiayaan Iklim

Strategi baru ini muncul hampir setahun setelah ADB menyetujui reformasi untuk membuka kapasitas pembiayaan baru sebesar US$100 miliar (Rp 1.545 triliun) selama satu dekade. ADB ingin memenuhi mandat dari Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen agar Bank Dunia dan bank-bank pembangunan lainnya memperluas pinjaman untuk perubahan iklim dan krisis global lainnya.

Kimura mengatakan bahwa ADB kini berupaya mengerahkan ruang pinjaman tambahan di tengah permintaan yang kuat dari negara-negara anggotanya. Namun, kendala terhadap volume pinjaman perlu diatasi. Salah satu caranya dengan meningkatkan persiapan proyek-proyek untuk mendapatkan persetujuan pinjaman dari bank multilateral tersebut.

 

Reporter : reportergreen Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.