Katadata Green HUT RI 79
Banner

Rio Tinto Uji Coba Pertanian di Australia untuk Produksi Biodiesel

123RF.com/milkos
Avatar
Oleh Hari Widowati 18 September 2024, 15.12

Raksasa pertambangan Australia, Rio Tinto, mengatakan bahwa mereka akan mengembangkan perkebunan benih di Australia untuk mengeksplorasi potensi minyak biji Pongamia sebagai bahan baku untuk biodiesel.

Perusahaan tambang ini bermitra dengan manajer prosesor serat kayu lokal Midway untuk mengawasi penanaman dan pengelolaan perkebunan tersebut. Pongamia adalah pohon asli Australia, yang bijinya dapat diproses untuk menghasilkan bahan bakar diesel terbarukan (biodiesel). Bahan bakar ini menjadi alternatif karena menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah daripada bahan bakar fosil.

Rio Tinto sedang dalam tahap akhir pengadaan sekitar 3.000 hektare lahan yang telah dibuka di Queensland untuk proyek percontohan ini. Proyek perkebunan ini bertujuan untuk menentukan apakah minyak biji Pongamia dapat membantu memenuhi kebutuhan diesel terbarukan perusahaan.

“Sementara kami terus mengejar elektrifikasi sebagai solusi jangka panjang untuk menggantikan sebagian besar penggunaan diesel kami, proyek percontohan biji Pongamia merupakan jalur paralel penting yang dapat mengurangi ketergantungan kami pada diesel dalam jangka menengah,” ujar Kepala Dekarbonisasi Rio Tinto, Jonathon McCarthy, seperti dikutip Reuters, Rabu (18/9).

Biofuel untuk Menurunkan Emisi Karbon Sektor Transportasi

Proyek bahan bakar nabati atau biofuel juga menjadi salah satu fokus pemerintah Australia untuk mengurangi emisi dari industri transportasi.

Juni lalu, Pemerintah Australia mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki cara-cara untuk meningkatkan produksi dan penggunaan bahan bakar nabati, yang juga dikenal sebagai bahan bakar cair rendah karbon (LCLF). Biofuel tersebut akan digunakan dalam armada kendaraan berat, sektor penerbangan, kereta api, dan maritim.

LCLF dapat diproduksi dari limbah padat kota dan hasil pertanian. Selama beberapa dekade, para penghobi telah membuat biodiesel di rumah dengan menggunakan limbah minyak nabati untuk menyalakan kendaraan diesel yang lebih tua.

Menurut Pemerintah Australia, bahan bakar nabati canggih, seperti bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) dan biodiesel, kompatibel dengan infrastruktur bahan bakar yang ada. Biofuel dapat menurunkan keluaran karbon mesin, sekaligus mengurangi ketergantungan negara ini pada bahan bakar sulingan yang berasal dari minyak mentah. Australia masih mengimpor sebagian besar minyak mentah sehingga keberadaan biofuel ini juga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan bahan bakar Australia.

“Negara kami saat ini mengekspor kanola dan tallow dalam jumlah yang signifikan setiap tahunnya, yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar nabati di Eropa,” ujar Menteri Infrastruktur, Transportasi, Pembangunan Daerah, dan Pemerintah Daerah Australia Catherine King, dalam sebuah pernyataan tertulis, seperti dikutip Drive.au.

Menurutnya, Australia seharusnya mampu memproduksi biofuel sebagai komitmen untuk mengurangi emisi karbon.

“Industri bahan bakar cair rendah karbon Australia akan memanfaatkan sumber daya yang ada, menciptakan lapangan kerja baru di wilayah kami, dan memberikan solusi penurunan bahan bakar yang dibutuhkan sektor transportasi kami untuk membantu mereka dalam perjalanan dekarbonisasi,” katanya.

Perusahaan ini juga menjajaki penggunaan bahan bakar nabati di area-area di mana elektrifikasi dapat menghadapi keterbatasan praktis, katanya.

 

Reporter : reportergreen Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.