Katadata Green
Banner

Brasil Batasi Pasokan Tenaga Angin & Surya, Ancam Proyek Energi Bersih

123RF.com/Vaclav Volrab
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 23 Agustus 2024, 17.36

Produsen energi angin dan surya di Brasil memperingatkan bahwa mereka akan mempertimbangkan kembali investasi di masa depan setelah operator jaringan listrik nasional berulang kali membatasi jumlah energi yang dapat mereka hasilkan tahun lalu.

Pembatasan tersebut menekan laba para produsen energi angin dan surya.

Brasil membuat langkah besar dengan mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam tenaga angin, surya, dan sumber pembangkit listrik terbarukan lainnya.

Negara tersebut menawarkan pembiayaan dan subsidi yang besar. Namun, semua listrik yang dihasilkan telah membebani jaringan listrik.

Lebih dari selusin eksekutif dan perwakilan industri mengatakan investasi energi terbarukan kurang layak berdasarkan kebijakan pembatasan Operator Sistem Listrik Nasional (ONS) saat ini.

Jumlah daya yang diterima ONS dari pembangkit listrik tenaga angin dan surya untuk sementara dibatasi.

Tekanan paling besar terjadi di timur laut Brasil, tempat yang sangat diminati untuk investasi energi terbarukan.

Terjadi penyempitan jalur transmisi yang menyalurkan listrik ke Sao Paulo, Rio de Janeiro, dan tempat lain di wilayah tenggara yang lebih padat penduduknya.

ONS mengelola jaringan listrik dengan lebih hati-hati sejak Agustus 2023, ketika pemadaman listrik di timur laut menyebar ke sebagian besar wilayah di negara tersebut.

Hal tersebut berarti lebih banyak pembatasan ketika pembangkit listrik melebihi konsumsi atau terjadi kekurangan kapasitas transmisi.

ONS mengatakan pembatasan tidak berlebihan dan diperlukan untuk keselamatan.

Operator mengatakan datanya menunjukkan hanya 3% listrik yang dihasilkan hilang karena pembatasan bulan lalu.

Volt Robotics, konsultan sektor listrik, menganalisa angka-angka ONS.

Asosiasi Energi Angin Brasil ABEEolica memperkirakan sektor tersebut telah kehilangan sekitar Rp 1,9 triliun (700 juta real) tahun lalu.

Asosiasi Tenaga Surya Brasil Absolar memperkirakan kerugian sebesar Rp 139 miliar (50 juta real) dalam empat bulan hingga Juli.

"Energi terbarukan bagi negara ini akan terbuang sia-sia," kata Eduardo Sattamini, Kepala Eksekutif Engie Brasil Energia yang telah terdampak.

Kompleks Serra do Mel II B di negara bagian timur laut Rio Grande do Norte, yang dimiliki oleh Equatorial Energia, terdampak paling parah di antara pembangkit listrik tenaga angin.

Antara Januari dan awal Agustus, 58% daya yang dihasilkan ditolak oleh jaringan listrik.

Echoenergia, unit energi terbarukan milik Equatorial, mengatakan pembatasan tersebut telah merugikan operasinya dan mengakibatkan penetapan harga risiko yang lebih tinggi oleh investor, yang dapat memangkas investasi baru.

"Ini bukan lingkungan yang tepat untuk pengambilan keputusan tentang proyek-proyek baru," kata perusahaan tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis (22/8).

Menurut Volt Robotics, komplek Banabuiu milik SPIC di negara bagian pesisir Ceara paling terpukul di antara pembangkit listrik tenaga surya, yang kehilangan 50% listrik yang dihasilkan antara Januari dan awal Agustus.

CEO SPIC Brasil Adriana Waltrick mengatakan sangat penting untuk mengatasi tantangan jaringan listrik, yang dapat meningkatkan biaya energi di masa mendatang dan memengaruhi daya saing sektor energi terbarukan di Brasil.

Kerugian dapat bertambah karena pembangkit listrik sering kali harus membeli listrik dengan harga pasar untuk memenuhi kontrak dengan distributor dan konsumen.

Voltalia, produsen energi terbarukan dengan hampir dua pertiga kapasitasnya di Brasil, memperkirakan pembatasan akan memangkas sekitar Rp 692 miliar (40 juta euro) dari laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tahun ini.

CPFL Energia, perusahaan listrik yang dikendalikan oleh State Grid Tiongkok, juga menyoroti masalah tersebut dalam hasil kuartal kedua, menandai kerugian sebesar Rp 58 miliar (21 juta real).

Beberapa perusahaan meminta kompensasi di pengadilan atas kerugian yang diderita akibat kegagalan ONS. Pertarungan hukum tersebut dapat berlangsung bertahun-tahun.

Menawarkan sedikit keringanan, pemerintah federal telah mengadakan lelang bagi perusahaan swasta untuk membangun jaringan transmisi, tetapi banyak dari proyek tersebut masih jauh dari penyelesaian.

Direktur Operasi ONS Christiano Vieira mengatakan lebih banyak listrik dari timur laut akan mulai mengalir ke jaringan nasional pada bulan September, ketika jaringan transmisi baru akan mulai beroperasi, yang dapat membantu mengurangi pembatasan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.