Fortum tidak yakin investasi dalam kapasitas pembangkit nuklir baru layak dilakukan dengan harga listrik Nordik yang rendah saat ini.
Hal ini disampaikan oleh CEO Fortum pada hari Kamis, setelah perusahaan utilitas Finlandia tersebut mengejutkan pasar dengan hasil kuartal kedua yang lebih baik dari yang diharapkan.
Fortum adalah salah satu perusahaan yang mengincar kesepakatan dari target pemerintah Swedia untuk membangun 2.500 MW tenaga nuklir baru pada tahun 2035 - setara dengan dua reaktor baru - dan 10 reaktor baru satu dekade kemudian untuk membantu mengatasi perubahan iklim.
Pada hari Senin, komisi yang ditunjuk oleh pemerintah Swedia menetapkan harga sekitar Rp 592 triliun (400 miliar krona swedia) untuk rencana nuklir baru dan mengusulkan model pembiayaan dan pembagian risiko, yang akan mencakup pinjaman negara, perjanjian lindung nilai harga, dan mekanisme untuk membagi risiko dan keuntungan.
Swedia dan Finlandia sama-sama mempertimbangkan untuk memperkenalkan tenaga nuklir baru untuk berfungsi sebagai beban dasar yang stabil bagi energi terbarukan yang tidak stabil.
CEO Fortum Markus Rauramo menyambut baik laporan pemerintah Swedia. Namun, ia mengatakan diperlukan lebih banyak rincian sebelum investasi apa pun dapat dilanjutkan.
"Dengan harga pasar saat ini, nuklir baru tidak layak," ujarnya dalam panggilan konferensi setelah publikasi hasil kuartal perusahaan pada hari Kamis.
Saham Fortum naik 1,2% dalam perdagangan sore setelah perusahaan melaporkan laba operasi sebesar Rp 4 triliun (€233 juta) untuk periode April hingga Juni.
Jumlah tersebut turun dari Rp 4,5 triliun (€262 juta) tahun sebelumnya, tetapi melampaui perkiraan sebesar Rp 3,4 triliun (€200 juta) dalam jajak pendapat yang disediakan perusahaan karena volume hidro yang lebih tinggi dan divestasi portofolio surya Fortum di India membantu mengimbangi penurunan pendapatan dari unit pembangkit listriknya karena penurunan harga spot.
"Alasan utama untuk hasil pembangkit yang lebih rendah adalah harga listrik yang dicapai lebih rendah, tetapi ini sebagian diimbangi oleh volume hidro yang lebih tinggi dan hasil yang lebih baik dalam bisnis energi terbarukan dan dekarbonisasi," kata Markus, dikutip dari Reuters, Kamis (15/8).
Harga listrik acuan Nordik turun tahun ini sebagian karena lonjakan output tenaga angin dan surya. Harga spot rata-rata Rp 727.483 (€42,01) per MWh tahun ini, turun dari Rp 977.366 (€56,44) per MWh pada 2023 dan Rp 2.352.676 (€135,86) per MWh selama krisis energi pada 2022.
Fortum mengatakan bahwa mereka berada di jalur yang tepat dengan tujuannya untuk menurunkan biaya tetap berulang sebesar Rp 1,7 triliun (€100 juta) pada akhir tahun 2025.
Perusahaan tersebut juga berharap dapat mencapai pengurangan biaya sebesar Rp 865 miliar (€50 juta) pada akhir tahun ini. Saham Fortum naik 10% di 2024.