Tiongkok akan mempercepat pengembangan sistem pengendalian emisi karbon untuk membantu mencapai target puncak emisi gas yang menyebabkan pemanasan iklim pada 2030.
Kebijakan energi pemerintah Tiongkok sejauh ini berfokus pada intensitas energi dan karbon, yaitu energi dan emisi yang terlibat dalam menghasilkan satu unit output ekonomi, yang secara efektif mengikat sasarannya pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Berdasarkan rencana kerja yang diumumkan oleh Dewan Negara, sistem kontrol ganda akan mulai berlaku selama periode rencana lima tahun dari 2026 hingga 2030.
Selama kurun waktu tersebut, intensitas akan tetap menjadi ukuran utama, tetapi kontrol emisi total akan melengkapinya, dan fokus akan beralih ke kontrol emisi setelahnya.
Dikutip dari Reuters, Jumat (2/8), Greenpeace menyambut baik langkah hari Jumat sebagai langkah menuju pemisahan target iklim dari pertumbuhan ekonomi.
"Tiongkok menetapkan batasan emisi ketat untuk pertama kalinya, yang akan mulai memandu pengurangan emisi setelah 2030. China sekarang secara bertahap melepaskan pengurangan emisi dari pertumbuhan ekonomi," kata Yao Zhe, penasihat kebijakan global untuk Greenpeace Asia Timur di Beijing.
Anggaran karbon akan dibuat oleh provinsi dan kotamadya Tiongkok dan sistem penganggaran akan diuji sebelum akhir 2025.
Rencana tersebut juga menyerukan peningkatan sistem statistik dan akuntansi emisi karbon pada 2025, dengan fokus pada industri-industri utama seperti tenaga listrik, baja, logam, bahan bangunan, dan petrokimia.
Dewan Negara mengatakan kuota emisi karbon akan dimasukkan ke dalam perencanaan pembangunan ekonomi dan sosial nasional, sementara penilaian konservasi energi atas proyek-proyek investasi aset tetap harus memperhitungkan emisi tersebut.
Pada Juni, Pemerintah Tiongkok juga mengumumkan rencana untuk mengukur jejak karbon produknya dengan lebih baik, yang akan mulai berlaku pada 2027.
Perencana negara pada hari Jumat menetapkan target penggunaan energi terbarukan untuk produksi aluminium.
Provinsi Shandong, produsen aluminium terbesar di Tiongkok, telah menetapkan target penggunaan energi terbarukan sebesar 21% dari energi yang digunakan untuk memproduksi logam tersebut.
Provinsi Mongolia Dalam dan Yunnan, yang juga merupakan produsen aluminium besar, telah menetapkan target masing-masing sebesar 29% dan 70%.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.