Katadata Green HUT RI 79
Banner

Air New Zealand Batalkan Target Karbon 2030

vecteezy/Sorapong Chaipanya
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 31 Juli 2024, 09.28

Air New Zealand pada hari Selasa membatalkan target pengurangan emisi 2030 dengan alasan keterlambatan pengiriman pesawat hemat bahan bakar dan harga bahan bakar hijau yang tinggi.

Pembatalan tersebut memperlihatkan kesulitan yang sedang dialami penerbangan dalam memenuhi tujuan dekarbonisasi.

Air New Zealand menjadi maskapai besar pertama yang menarik kembali aspirasi iklim. Namun, maskapai tersebut mengatakan mereka berkomitmen pada target industri untuk mencapai nol emisi pada 2050 dan sedang mengupayakan tujuan jangka pendek yang baru.

Penerbangan dianggap bertanggung jawab atas sekitar 2% emisi dunia, tetapi dianggap sebagai salah satu sektor yang paling sulit didekarbonisasi karena bahan bakar untuk penerbangan tidak dapat dengan mudah digantikan dengan jenis tenaga lain.

"Banyak faktor pendorong yang diperlukan untuk memenuhi target, termasuk ketersediaan pesawat baru, keterjangkauan dan ketersediaan bahan bakar jet alternatif, serta dukungan regulasi dan kebijakan global dan domestik, berada di luar kendali langsung maskapai dan tetap menjadi tantangan," kata Air New Zealand, dikutip dari Reuters, Selasa (30/7).

Maskapai penerbangan mengandalkan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) berbasis tanaman dan pesawat yang lebih efisien untuk mengurangi emisi dalam waktu dekat, tetapi produksi SAF mahal dan sulit untuk ditingkatkan dan produsen pesawat berjuang untuk mengirimkan pesawat generasi baru tepat waktu.

Banyak advokat lingkungan mengatakan pertumbuhan industri penerbangan pada dasarnya tidak sesuai dengan keberlanjutan.

Pada 2022, Air New Zealand mengatakan ingin mengurangi intensitas karbon sebesar 28,9% pada 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 2019, dalam metodologi yang divalidasi oleh Inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi), kelompok aksi iklim perusahaan yang didukung PBB.

Target tersebut lebih jauh dari kesepakatan tahun 2023 oleh industri penerbangan global untuk menurunkan emisi karbon sebesar 5% pada 2030. Air New Zealand telah memesan pesawat Boeing 787 Dreamliner dan Airbus A320neo.

CEO Greg Foran mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir terlihat jelas bahwa penundaan pengiriman membahayakan target tahun 2030 dan maskapai akan segera menarik diri dari jaringan SBTi.

"Ada kemungkinan maskapai perlu mempertahankan armada yang ada lebih lama dari yang direncanakan," kata Greg Foran.

Pada Februari, Air New Zealand mengatakan lima pesawat A321neo terbaru dan paling efisien miliknya bisa berhenti beroperasi kapan saja dalam 18 bulan ke depan karena perawatan mesin Pratt & Whitney mereka. Ini masalah yang memengaruhi maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Iklim telah menjadi bagian penting dari pesan korporasi Air New Zealand. Perusahaan telah memesan pesawat bertenaga listrik lima kursi dan ingin melakukan penerbangan demonstrasi pada 2026.

Tahun lalu, maskapai tersebut menggambarkan target 2030 sebagai sesuatu yang aspiratif dan menantang dengan beberapa faktor di luar kendalinya.

Pemerintah konservatif Selandia Baru telah berupaya mencabut beberapa kebijakan lingkungan sejak terpilih pada Oktober lalu, termasuk menghapus pertanian dari skema perdagangan emisi dan mengurangi insentif bagi perusahaan yang ingin menjadi ramah lingkungan.

Rancangan rencana emisi yang dirilis minggu lalu menunjukkan bahwa sebagian karena perubahan kebijakan ini, negara tersebut bisa gagal mencapai target emisi 2035 dan nol emisi pada 2050.

Direktur Jaringan Penelitian Perubahan Iklim Universitas Otago Profesor Sara Walton mengatakan kebutuhan akan pemimpin industri dalam bidang iklim dan emisi lebih penting dari sebelumnya.

"Meskipun dapat dipahami bahwa target intensitas akan sulit dipenuhi ketika hanya ada sedikit insentif yang diberikan dan kurangnya kebijakan dan peraturan yang mendukung, langkah (Air New Zealand) menjauh dari SBTi cukup mengkhawatirkan," kata Sara Walton.

Lufthansa bulan lalu mengatakan akan menambahkan biaya lingkungan pada tarifnya untuk menutupi biaya aturan Uni Eropa baru tentang pengurangan emisi di tengah peringatan dari maskapai penerbangan bahwa mandat SAF akan menaikkan biaya.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.