Badan Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) membuka pusat teknis pertama untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) yang berfokus pada penetapan standar dan penelitian produk.
Dua eksekutif industri SAF yang memiliki pengetahuan langsung tentang hal tersebut mengatakan pusat teknis SAF, yang berbasis di kota barat daya Chengdu, akan memimpin pemetaan kebijakan industri dan menetapkan standar untuk produk dan kontrol kualitas.
Tiongkok merupakan pasar penerbangan terbesar kedua di dunia yang mengkonsumsi sekitar 11% bahan bakar jet yang digunakan secara global.
Dikutip dari Reuters, Kamis (4/7), kebijakan tentang penggunaan SAF untuk tahun 2030 yang dapat memacu investasi miliaran dolar diperkirakan akan diumumkan oleh Tiongkok tahun ini.
Meskipun sudah ada beberapa uji coba penerbangan, Tiongkok tidak memproduksi SAF secara komersial untuk penggunaan domestik.
Perusahaan-perusahaan biofuel menggelontorkan lebih dari US$1 miliar (Rp 16,34 triliun) untuk membangun pabrik-pabrik pertama yang mengubah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar penerbangan untuk diekspor dan memenuhi permintaan dalam negeri Tiongkok.
Langkah ini diambil setelah pemerintah Tiongkok mewajibkan penggunaan biofuel pada pesawat terbang untuk mengurangi emisi.
CAAC juga berencana membangun sistem sertifikasi untuk bahan bakar berkelanjutan. Pusat teknis SAF tersebut dilaporkan sedang menyiapkan fasilitas pengujian untuk produk-produk baru.
Total konsumsi bahan bakar penerbangan Tiongkok kemungkinan akan melebihi 50 juta metrik ton per tahun 2030 dan penggunaan SAF dapat mencapai 2,5 juta ton per tahun.
SAF dapat dibuat dari limbah dan residu terbarukan yang berasal dari sumber yang berkelanjutan seperti minyak goreng bekas dan limbah lemak hewani, atau diproses dari hidrogen berbasis tenaga terbarukan.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.
