Menurut kepala badan penerbangan global IATA, tidak perlu mengurangi pertumbuhan penerbangan global untuk memenuhi target industri mencapai emisi karbon nol pada 2050.
Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) Willie Walsh mengatakan biaya transisi menuju nol karbon harus dibebankan kepada penumpang, dikutip dari Reuters pada Senin (3/6).
Keterlambatan pengiriman pesawat baru yang lebih efisien kepada maskapai penerbangan menghambat rencana dekarbonisasi dan membuat frustrasi maskapai penerbangan.
IATA, yang mewakili lebih dari 300 maskapai penerbangan dan lebih dari 80% lalu lintas udara global, mengadakan pertemuan tahunan pada 2-4 Juni di Dubai, hub internasional tersibuk di dunia.
Ketegangan geopolitik, kekurangan pesawat terbang, dan target-target lingkungan yang ambisius akan menjadi tantangan bagi para petinggi maskapai penerbangan global untuk dibahas dalam pertemuan tahunan tersebut.
Para pemimpin penerbangan mengatakan pandemi yang melumpuhkan sebagian besar armada dunia dan menghancurkan neraca keuangan maskapai penerbangan pada awal dekade ini akhirnya berlalu.
Menurut IATA, industri aviasi kembali meraih keuntungan pada tahun 2023, dan lalu lintas penumpang udara menyentuh angka rekor tahun 2019 pada awal tahun ini.
Kapasitas maskapai penerbangan global pada kuartal kedua tahun 2024 adalah 4% lebih tinggi daripada tahun 2019, menurut penyedia data penerbangan OAG.
Namun, maskapai penerbangan memperingatkan bahwa pendapatan - harga rata-rata yang dibayarkan oleh penumpang untuk terbang sejauh 1,6 kilometer - tertekan akibat kenaikan biaya dan persaingan seiring dengan pembukaan atau pertumbuhan jaringan penerbangan.
Konflik dan ketegangan geopolitik menyebabkan rute yang lebih panjang bagi maskapai penerbangan, dan industri aviasi menghadapi pertanyaan yang semakin besar mengenai apakah mereka dapat mencapai target emisi karbon nol bersih pada 2050. Target ini diadopsi oleh IATA pada 2021.
Harga tiket pesawat di Eropa dan Asia mulai mendatar atau turun, sebagai tanda bahwa tren ‘bepergian dengan cara apa pun’ pasca-COVID mulai memudar.
“Tahun depan bisa jadi merupakan tahun yang penuh tantangan bagi dunia penerbangan,” kata CEO IAG Luis Gallego, dikutip dari Reuters pada Jumat (31/5). IAG merupakan induk usaha dari British Airways.
IATA berdiri pada 1945 sebagai bagian dari sekelompok badan yang merancang kerangka kerja untuk penerbangan damai setelah Perang Dunia II.
Dulunya organisasi penentu harga, kini dikenal sebagai pembela peran penerbangan dalam ekonomi yang saling terkait.
Para kritikus lingkungan mengatakan pertumbuhan industri aviasi bertentangan dengan upaya untuk mengurangi emisi dan mengatakan bahwa targetnya, yang sebagian besar didasarkan pada bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan, tidak cukup berdampak.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.