Katadata Green
Banner

Afrika Selatan: Pajak Karbon yang Diusulkan Negara Kaya Bisa Merugikan

vecteezy/khunkorn
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 16 Juli 2024, 10.32

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memperingatkan negara-negara berkembang lainnya bahwa pajak karbon di masa depan yang diusulkan oleh negara-negara kaya akan merugikan perekonomian mereka kecuali mereka bertindak cepat untuk meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke energi hijau.

Saat berbicara pada konferensi perubahan iklim Departemen Keuangan Nasional dan Bank Dunia di ibu kota Pretoria, Cyril mengatakan intensitas karbon dalam perekonomian Afrika Selatan, yang sangat bergantung pada pembakaran batu bara untuk menghasilkan listrik, tidak berkelanjutan.

“Selama beberapa dekade ketergantungan kita pada batu bara ... memungkinkan kita memproduksi listrik dengan biaya murah. Namun, dunia telah berubah dan ketergantungan ini telah menimbulkan risiko yang signifikan, terutama mengenai pajak karbon yang diusulkan oleh blok perdagangan seperti Uni Eropa. Instrumen seperti Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon Uni Eropa ... (memiliki) potensi menyebabkan kerusakan besar pada negara-negara berkembang,” kata Cyril.

Data dari lembaga think tank Ember menunjukkan Afrika Selatan adalah negara dengan perekonomian besar yang paling intensif karbon pada 2022, menghasilkan 709 gram karbon dioksida per kilowatt-jam energi yang dihasilkan.

Menurut lembaga pengawas Climate Transparency, hal tersebut menempatkan Afrika Selatan dalam daftar 15 negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, di atas Turki, Italia, Perancis atau Inggris.

Cyril menyoroti dampak badai minggu lalu di sekitar kota Cape Town, yang menutup pelabuhan dan menyebabkan kehancuran rumah, komunitas, bisnis dan infrastruktur, sebagai contoh dampak negatif perubahan iklim.

“Negara-negara Selatan ... paling merasakan dampak perubahan iklim, meski secara historis mereka paling tidak bertanggung jawab atas emisi global,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Senin (15/7).

Menteri Energi Afrika Selatan yang baru pekan lalu berjanji untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan, sebuah perubahan retorika dari pendahulunya, seorang pembela bisnis batu bara. Namun, hanya sedikit rincian yang diketahui mengenai bagaimana hal tersebut akan terjadi.

Para pendonor dari negara-negara Barat menawarkan pinjaman miliaran dolar untuk mendanai transisi tersebut, tetapi para pejabat Afrika Selatan mengatakan mereka hampir tidak mampu mencukupi kebutuhan pendanaan.

Afrika Selatan memiliki sumber energi matahari dan angin terbaik di dunia, namun penundaan birokrasi selama bertahun-tahun dalam pemberian izin dan ketidakpastian kebijakan telah mematikan investor.

Tahun lalu, pemerintah menunda penutupan delapan pembangkit listrik tenaga batu bara hingga 2030, dengan alasan energi keamanan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
Artikel Terpopuler
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.