Banner

Swedia Sambut Proyek Baja Hijau Berskala Besar Pertama di Dunia

123.com/Ufuk ZIVANA
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 24 Juni 2024, 13.58

Fasilitas baru untuk memproduksi baja sedang dibangun di Swedia utara. Fasilitas tersebut dianggap bisa merevolusi salah satu industri paling kotor di planet ini, yaitu pembuatan baja.

Jika semua berjalan sesuai rencana, bangunan industri dengan warna-warna yang mencerminkan pegunungan dan danau di wilayah tersebut serta menara-menara besar berwarna merah bata akan berdiri megah pada 2026.

H2 Green Steel mengatakan komplek industri pembuatan baja tersebut akan menjadi proyek "baja hijau" berskala besar pertama di dunia. 

H2 Green Steel adalah perusahaan Swedia yang berada di balik pembangunan fasilitas bernilai miliaran dolar tersebut.

Alih-alih membakar batu bara, perusahaan tersebut akan menggunakan hidrogen hijau yang diproduksi dengan listrik terbarukan. 

H2 Green Steel mengatakan proses produksinya akan mengurangi polusi karbon hingga 95% dibandingkan dengan pembuatan baja tradisional, dan bertujuan untuk memproduksi 5 juta metrik ton baja hijau pada 2030.

Hal ini akan menandai langkah lain untuk merombak sektor baja. Namun, jalan untuk membersihkan industri yang penuh polusi tersebut adalah jalan yang menantang.

Baja adalah salah satu bahan yang paling umum digunakan di dunia, sangat penting untuk segala hal mulai dari bangunan, jembatan, mobil, dan lemari es hingga infrastruktur energi terbarukan seperti turbin angin.

Dunia mengkonsumsi baja dalam jumlah yang sangat besar, hampir 2 miliar metrik ton setiap tahunnya.

Masalahnya, industri pembuatan baja sangat membutuhkan energi dan sangat bergantung pada batu bara, bahan bakar fosil yang paling banyak menimbulkan polusi. 

Industri ini menyumbang antara 7% hingga 9% dari polusi karbon global, dan dampaknya tampaknya akan semakin memburuk, dengan permintaan yang diproyeksikan melonjak 30% di tahun 2050.

Industri pembuatan baja  berada di bawah tekanan besar untuk membersihkan diri. Banyak harapan yang disematkan pada teknologi baru, dengan fokus khusus pada penggantian batu bara dengan hidrogen ramah lingkungan.

Meskipun proyek-proyek seperti H2 Green Steel menunjukkan momentum yang terus berkembang, para ahli mengatakan bahwa kecepatannya masih terlalu lambat. Pembangkit listrik tenaga batu bara baru masih terus disetujui dan dikembangkan secara global.

Hal ini berpotensi mengunci lebih banyak emisi selama beberapa dekade, bahkan di saat dunia berusaha keras untuk menghindari bencana perubahan iklim.

"Sektor ini tidak berada di jalur yang benar," kata Peneliti dari Princeton University Mohamed Atouife, yang berfokus pada penggunaan hidrogen hijau atau ramah lingkungan dalam industri berat, dikutip dari CNN, Minggu (23/6).

Pembuatan baja adalah industri yang padat karbon di setiap tahapnya, dimulai dengan penambangan bijih besi mentah, yang sebagian besar diangkut dengan truk bertenaga diesel. Namun, bagian yang paling mencemari iklim adalah saat mengubah bijih besi menjadi baja.

Secara global, sebagian besar baja diproduksi menggunakan tanur tiup yang dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dengan membakar batu bara. 

Bijih besi dicampur dengan kokas, batu bara yang telah dipanaskan untuk menghilangkan kotoran, dan dibuang ke bagian atas tanur sembur untuk menghasilkan besi cair, yang kemudian diproses menjadi baja.

Ada cara lain yang lebih ramah lingkungan untuk membuat baja yang mulai mengakar: tungku busur listrik.

Dengan cara inilah sekitar 70% baja dibuat di AS, menggunakan listrik untuk melebur logam menjadi baja. 

Tungku busur listrik dapat diisi dengan 100% baja bekas, dibandingkan dengan tanur sembur yang biasanya hanya dapat menampung sekitar 30% baja bekas.

Berdasarkan studi yang diprakarsai oleh grup industri baja, metode ini menghasilkan lebih sedikit polusi yang memanaskan bumi, sekitar 78% lebih sedikit emisi dibandingkan baja yang dibuat dengan tanur tiup.

Namun, seberapa ramah lingkungan proses ini tergantung pada listrik yang menggerakkannya, yang juga ramah lingkungan.

Terdapat juga batasan jumlah baja bekas yang tersedia. "Jadi kami juga harus menggunakan jalur rendah karbon lainnya, seperti hidrogen bersih," kata Mohamed Atouife.

Dorongan untuk mengganti batu bara dengan hidrogen hijau semakin menguat. Penggunaan batu bara saat ini masih menjadi cara tercepat dan termurah untuk menghasilkan baja,

Hidrogen hijau diproduksi dengan memecah molekul air dalam sebuah proses yang dipicu oleh energi terbarukan. 

Untuk membuat baja hijau, hidrogen bersih ini digunakan untuk mereduksi bijih besi, yang kemudian dilebur bersama baja bekas dalam tungku busur listrik.

Penggunaaan batu bara menghasilkan polusi karbon, sedangkan hidrogen hanya menghasilkan uap air.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.