Banner

Ingin Bangun Reaktor Nuklir Baru, Amerika Serikat Sahkan ADVANCE Act

freepik.com/nuraghies
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 21 Juni 2024, 17.08

Partai Demokrat dan Republik menyepakati bahwa Amerika Serikat (AS) membutuhkan lebih banyak nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dengan cepat.

Senat AS dengan suara sangat besar menyetujui sebuah rancangan undang-undang (RUU) pada Selasa malam untuk mempermudah, mempermurah, dan mempercepat perizinan dan pembangunan reaktor nuklir baru.

ADVANCE Act, yang disahkan dengan hanya dua senator memilih menolak, tinggal menunggu ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden.

RUU ini merupakan salah satu tindakan paling signifikan yang diambil Kongres untuk memajukan energi bersih sejak Partai Demokrat meloloskan Undang-Undang Pengurangan Inflasi hampir dua tahun lalu.

RUU ini muncul ketika AS mencoba menghidupkan kembali industri energi nuklir yang sudah tua di dalam negeri dan mendukung teknologi mutakhir di luar negeri.

"Dalam sebuah kemenangan besar bagi iklim dan ketahanan energi Amerika, Senat AS telah mengesahkan ADVANCE Act dengan dukungan bipartisan yang sangat besar," ujar Senator Tom Carper dari Partai Demokrat, yang merupakan Ketua Komite Lingkungan Hidup dan Pekerjaan Umum, dikutip dari CNN, Kamis (20/6).

RUU ini bertujuan untuk menurunkan biaya bagi para pengembang dengan merampingkan proses perizinan - memangkas biaya dan mempercepat waktu persetujuan - dan memacu lebih banyak pengembangan proyek-proyek generasi baru, seperti reaktor nuklir modular kecil.

Hal ini juga bentuk pemberian insentif bagi pengerahan teknologi nuklir AS yang canggih di luar negeri, karena bersaing dengan Rusia dan Tiongkok untuk mendominasi energi nuklir global.

Namun, RUU ini juga bisa menjadi keuntungan bagi reaktor nuklir tradisional yang besar, yang merupakan bagian dari seluruh armada AS saat ini.

Georgia Power baru-baru ini mengoperasikan dua reaktor besar baru. Vogtle Plant unit 3 dan 4 mewakili generator energi bersih terbesar di AS. Kedua reaktor tersebut merupakan terbesar yang dibangun di AS dalam tiga dekade terakhir.

Biaya tinggi dan penundaan konstruksi membayangi proyek Vogtle, yang mulai beroperasi beberapa tahun lebih lambat dari jadwal dan menelan biaya sekitar US$35 miliar (Rp 576 triliun), lebih dari dua kali lipat dari anggaran awal sebesar US$14 miliar (Rp 230 triliun).

Proyek TerraPower yang didukung oleh Bill Gates di Wyoming sedang mencoba sesuatu yang berbeda. Baru-baru ini, mereka telah memulai pembangunan reaktor yang lebih kecil dan lebih murah - teknologi canggih yang diyakini oleh industri ini sebagai masa depan energi nuklir.

Namun, TerraPower masih menunggu desainnya disetujui oleh Komisi Regulasi Nuklir, yang dapat dipercepat dengan adanya undang-undang baru tersebut. TerraPower diharapkan akan dibangun paling cepat pada 2030.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.