Katadata Green
Banner

Jepang Susun Rencana Energi Baru, Buka Potensi Andalkan Nuklir Kembali

Antara/Reuters/Kim Kyung-Hoon
Avatar
Oleh Rena Laila Wuri 16 Mei 2024, 14.32

Kementerian perindustrian Jepang tengah menyusun rencana energi nasional yang baru. Rencana energi tersebut membuka peluang untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Rencana energi nasional ini menjadi revisi pertama setelah Perdana Menteri Fumio Kishida melakukan perubahan kebijakan energi besar-besaran pada  2022. Sebagai informasi, Pemerintah Jepang merevisi rencana energinya setiap tiga hingga empat tahun.

"Permintaan untuk keamanan energi lebih tinggi dari sebelumnya, sementara gerakan dekarbonisasi juga tumbuh," kata Menteri Industri Jepang Ken Saito dikutip dari Reuters, Kamis (16/5).

Revisi ini menjadi pertanda Jepang akan menghidupkan kembali pembangkit-pembangkit listrik tenaga nuklir. Pengoperasian pembangkit nuklir ini untuk mengatasi krisis energi yang dipicu oleh perang Ukraina.

"Saya memiliki rasa urgensi yang kuat bahwa Jepang sekarang berada pada titik pasca-perang yang paling sulit dalam kebijakan energinya," katanya.

Sebagai informasi, rencana sebelumnya yang disetujui oleh kabinet pada Oktober 2021, tidak menyebutkan pembangunan pembangkit nuklir baru atau mengganti yang sudah ada. Jepang bahkan berkomitmen untuk mengurangi ketergantungannya pada tenaga nuklir sebanyak mungkin.

Rencana baru ini akan menguraikan tujuan dan arah kebijakan untuk bagaimana Jepang akan mempercepat dekarbonisasi menuju 2035-2040. Langkah ini untuk berkontribusi pada upaya internasional melawan pemanasan global, sekaligus memastikan pasokan energi yang stabil.

Jepang merupakan penghasil karbon dioksida terbesar kelima di dunia saat ini. Mereka masih mengandalkan bahan bakar fosil untuk sekitar 70% listriknya.

Jepang juga merupakan penghasil emisi terbesar di Asia. Negara ini mengeluarkan 1.082,65 MtCO2e karbon dioksida per kapita.

Melansir laman Emissions Database for Global Atmospheric Research, Cina menjadi penghasil emisi karbon dioksida (CO2) terbesar pada 2022 dan 2023.  Negara ini menyumbang lebih dari 30 persen emisi global. 

Sementara Amerika Serikat menjadi penghasil emisi terbesar kedua di dunia setelah Cina.

Reporter : Rena Laila Wuri Editor : Tia Dwitiani Komalasari
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.