McKinsey & Company dan Singapore Economic Development Board (EDB) menilai Asia Tenggara sedang berada di puncak transformasi energi baru terbarukan (EBT) yang signifikan. Hal ini karena Asia Tenggara memiliki potensi energi bersih yang besar.
Menurut laporan bersama berjudul "Powering Progress in Southeast Asia's Renewables Development", Asia Tenggara memiliki potensi EBT mencapai 16 terawatt (TW) tenaga surya dan 1 TW energi angin. Namun, penetrasi energi terbarukan non-bisnis hanya mencapai 5 persen pada 2022.
Laporan ini menekankan urgensi bagi Asia Tenggara untuk mempercepat penggunaan energi terbarukan.
“Untuk mencapai target emisi nol bersih (antara 2050 dan 2060), wilayah tersebut perlu secara signifikan meningkatkan penambahan kapasitas terbarukan tahunannya, terutama untuk tenaga surya dan angin darat,” tulis laporan tersebut dikutip dari Solar Quarter, Rabu (15/5).
Laporan ini menguraikan beberapa peluang untuk mendorong pertumbuhan energi terbarukan di Asia Tenggara. Misalnya dengan membangun ekosistem kuat yang mendorong kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan lembaga penelitian. Laporan ini juga mengidentifikasi peluang investasi yang cukup besar dalam pengembangan proyek energi terbarukan dan manufaktur energi bersih, serta menarik pemain domestik dan internasional.
“Kolaborasi regional dan perjanjian pembelian listrik (PPA) dapat membantu membuka sumber daya energi bersih dan memfasilitasi perdagangan listrik lintas batas,” tulis laporan tersebut.
Selain itu, negara-negara Asia Tenggara dapat memanfaatkan kemajuan teknologi seperti penyimpanan baterai dan smart grid yang akan mengoptimalkan integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.
Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, Asia Tenggara tidak hanya dapat mencapai tujuan energi bersihnya tetapi juga membuka manfaat ekonomi. Laporan ini memperkirakan pengembangan sektor manufaktur energi terbarukan yang kuat di kawasan ini dapat menghasilkan pendapatan sebesar US$ 90-100 miliar dolar AS pada 2030 dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
Kapasitas EBT Indonesia Capai 13 Ribu MW pada 2023
Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) Indonesia mencapai 13.155 megawatt (MW) pada 2023. Kapasitas terbesar berasal dari tenaga air, yakni 6.784,2 MW atau 51,6% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT nasional.
Lengkapnya, berikut daftar realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT 2023 berdasarkan sumber energi:
Atas capaian tersebut, bauran EBT dalam energi primer nasional baru 13,1%, belum mencapai target 2023 yang minimalnya 17,9%.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.