Berbagai negara tidak berada di jalur yang tepat untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030, terlepas dari komitmen energi dan iklim nasional mereka.
Berdasarkan analisis dari Badan Energi Internasional (IEA), komitmen resmi dalam rencana energi dan iklim nasional saat ini mencapai 1.300 gigawatt (GW), hanya 12% dari target yang ditetapkan pada COP28 untuk meningkatkan kapasitas tiga kali lipat.
Jika semua negara menerapkan seluuh ambisi yang mereka janjikan untuk tahun 2030, maka jumlah tersebut akan mencapai 11.000 GW dari kapasitas energi terbarukan global yang terpasang.
Hal ini dipimpin oleh negara-negara Eropa yang menyumbangkan seperlima dari total komitmen global yang dijanjikan - kontributor tertinggi kedua setelah Cina.
Jerman sendiri menyumbang seperempat dari ambisi Eropa dalam hal kapasitas terbarukan, diikuti oleh Perancis, Italia, Spanyol dan Inggris, yang bersama-sama menyumbang sepertiga lainnya.
Lembaga energi yang berbasis di Paris ini mengidentifikasi adanya peluang dalam beberapa bulan ke depan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk mengembangkan rencana yang jelas bagi peningkatan energi terbarukan.
Namun, laporan tersebut mencatat bahwa negara-negara perlu mempercepat implementasi dan meningkatkan ambisi mereka agar selaras dengan target tiga kali lipat dalam upaya lain untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Jumlah kapasitas energi terbarukan yang ditambahkan di seluruh dunia telah meningkat tiga kali lipat sejak Perjanjian Paris ditandatangani pada 2015.
Banyak negara telah beralih ke tenaga surya dan angin setelah penurunan biaya yang tajam, seiring dengan upaya pemerintah negara-negara untuk menurunkan emisi dan memperkuat sistem energi mereka.
Biaya teknologi tenaga surya dan angin telah turun 40% sejak tahun 2015, sehingga menjadikannya lebih kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
“Laporan ini memperjelas bahwa target tiga kali lipat itu ambisius namun dapat dicapai - meskipun hanya jika pemerintah dengan cepat mengubah janji menjadi rencana aksi. Dengan memenuhi tujuan yang disepakati di COP28, negara-negara di seluruh dunia memiliki peluang besar untuk mempercepat kemajuan menuju sistem energi yang lebih aman,” ujar Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol, dikutip dari Euronews pada Selasa (4/6).
Proyeksi terbaru dari lembaga pemikir energi Ember, berdasarkan rencana energi nasional dan iklim negara-negara Uni Eropa, mencerminkan skenario yang mirip dengan analisis terbaru IEA, yaitu sementara ambisi nasional mendekati apa yang dibutuhkan untuk target energi Uni Eropa, dorongan lebih lanjut diperlukan untuk menutup kesenjangan yang tersisa dan mempercepat penerapan.
“Kami memperkirakan bahwa energi terbarukan akan menghasilkan 66% listrik Uni Eropa pada 2030. Ini merupakan peningkatan yang cepat dan signifikan dibandingkan tahun 2023 (44%), namun masih jauh dari target REPowerEU sebesar 72%,” kata Analis Data Energi dan Iklim Senior Ember Chris Rosslowe, mengacu pada rencana eksekutif Uni Eropa untuk mempercepat transisi hijau.
Pakar Energi Terbarukan di Climate Action Network (CAN) Eropa, Flore Belin, menyayangkan negara-negara Uni Eropa tidak berada di jalur yang tepat untuk melipatgandakan kapasitas energi bersih dan menyarankan beberapa koreksi agar negara-negara tersebut berada di jalur yang benar.
“Kita perlu melihat kontribusi energi terbarukan yang lebih tinggi dalam rencana nasional negara-negara anggota, diimbangi dengan perizinan yang lebih cepat dan berkualitas untuk penggunaan tenaga angin dan surya, bersama dengan perluasan jaringan listrik Uni Eropa dengan cara yang inklusif dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Proposal berjuluk Janji Global, yaitu untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan, telah ditandatangani oleh 118 negara di Dubai.
“Dengan tujuan-tujuan ini, kami memberikan kejelasan dan prediktabilitas kepada mereka (industri dan investor) mengenai masa depan. Mereka akan mengetahui berapa banyak kapasitas tambahan yang dibutuhkan pada 2030. Hal ini akan membantu mereka dalam merencanakan bisnis dan investasi,” ujar Ursula von der Leyen dari Komisi Eropa di COP28.
Tiga belas negara Uni Eropa telah mendukung gagasan untuk lebih mempercepat penyebaran energi terbarukan dalam proposal yang diterbitkan setelah ada komunikasi dari Komisi Eropa mengenai target iklim 2040 pada bulan Februari.
Austria, Denmark, Estonia, Jerman, Yunani, Irlandia, Latvia, Luksemburg, Malta, Belanda, Portugal, dan Spanyol mengatakan bahwa hal ini akan menjadi tugas utama bagi komisi berikutnya dan juga untuk memastikan integrasi sistem energi yang kuat agar sistem energi tersebut dapat mengintegrasikan sumber-sumber energi terbarukan yang diproyeksikan.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.