Katadata Green
Banner

Uni Eropa Setujui Kompensasi €1,75 Miliar untuk Penutupan PLTU Jerman

ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/pras
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 5 Juni 2024, 09.39

Kementerian Ekonomi Jerman telah mendapatkan izin dari Komisi Eropa untuk memberikan kompensasi kepada perusahaan listrik LEAG hingga €1,75 miliar atau US$1,90 miliar (Rp 30,8 trillun) untuk menghentikan penggunaan batu bara pada 2038. 

Hal ini merupakan bagian dari upaya Berlin untuk mempercepat dekarbonisasi.

Pada 2020, pemerintah Jerman sebelumnya setuju untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara di tahun 2038 sebagai bagian dari ambisi Berlin untuk menjadi netral iklim pada 2045. 

Pemerintah Jerman setuju dengan LEAG mengenai jumlah kompensasi, sambil menunggu persetujuan Uni Eropa.

Namun transisi ini, dan upaya untuk mempercepatnya, mendapat sambutan yang beragam di wilayah pertambangan timur Lusatia. 

Masyarakat di wilayah tersebut tetap skeptis tentang dampak sosial dan ekologi dari penutupan pembangkit dan tantangan teknisnya.

“Ini adalah langkah penting, terutama bagi masyarakat di wilayah tersebut,” kata Menteri Ekonomi Robert Habeck, dikutip dari Reuters pada Selasa (4/6).

Komisi Eropa khawatir tentang persetujuan pembayaran negara dan pada 2021 membuka penyelidikan untuk menentukan apakah hal itu mendistorsi persaingan bebas di pasar internal UE.

Menurut Kementerian Ekonomi Jerman, sekitar €1,2 miliar (Rp 21.2 triliun) dari kompensasi tersebut dimaksudkan untuk biaya sosial dari penutupan pembangkit dan untuk penggunaan kembali tambang terbuka di wilayah tersebut.

Sekitar €550 juta (Rp 9,7 triliun) disisihkan sebagai kompensasi atas pendapatan LEAG yang hilang karena penutupan pembangkit pada 2038, yang akan disesuaikan kemudian berdasarkan situasi pasar, harga karbon, dan tanggal penghentian akhir.

“Ini adalah blok bangunan penting untuk kelanjutan transformasi kami yang sukses menjadi pembangkit tenaga listrik ramah lingkungan,” kata CEO LEAG Thorsten Kramer.

Tambang batu bara lignit LEAG akan menjadi salah satu yang terakhir yang masih beroperasi di Jerman, setelah Berlin mencapai kesepakatan senilai €2,6 miliar (Rp 46 triliun) dengan perusahaan energi RWE di negara bagian barat North Rhine-Westphalia pada 2022, dan menyetujui penghentian operasi pada 2030, bukannya 2038.

Berlin tidak mengincar kesepakatan serupa dengan LEAG, yang akan memajukan tanggal penutupan pembangkit.

Sebaliknya, pemerintah Jerman berharap kondisi pasar, termasuk ekspansi energi terbarukan yang murah dan harga karbon yang lebih tinggi, akan mendorong LEAG keluar dari bisnis batu bara lebih awal dari yang direncanakan.

LEAG, yang dimiliki oleh EPH investor asal Ceko, berambisi untuk mengoperasikan 7 GW fasilitas pembangkit Listrik tenaga surya dan angin pada 2030, sebagai bagian dari rencana untuk menginvestasikan €1 miliar (Rp 17,7 triliun) untuk energi terbarukan setiap tahunnya selama sisa dekade ini.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.