Katadata Green
Banner

Korporasi Besar Berinvestasi di Proyek Carbon Offset Tak Berharga

Unsplash
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 31 Mei 2024, 15.18

Analisis terbaru menunjukkan beberapa korporasi terbesar dan paling menguntungkan di dunia berinvestasi dalam proyek carbon offset atau tebus karbon yang memiliki kegagalan mendasar dan ‘kemungkinan besar sampah.’ 

Hal ini mengindikasikan bahwa klaim industri mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca tampak dilebih-lebihkan.

Delta, Gucci, Volkswagen, ExxonMobil, Disney, easyJet, dan Nestle termasuk di antara korporasi besar yang membeli jutaan kredit karbon dari proyek ramah lingkungan yang ternyata ‘kemungkinan besar sampah’ atau tidak efektif dalam mengimbangi emisi gas rumah kaca mereka.

Kesimpulan ini didasarkan pada sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh Corporate Accountability, sebuah organisasi pengawas korporasi transnasional nirlaba.

Beberapa korporasi telah berhenti menggunakan carbon offset di tengah bukti yang semakin kuat bahwa perdagangan karbon tidak menghasilkan pengurangan emisi seperti yang diklaim, dan dalam beberapa kasus, bahkan dapat menyebabkan kerugian lingkungan dan sosial.

Namun, industri perdagangan karbon sukarela yang bernilai miliaran dolar masih didukung oleh banyak korporasi sebagai dasar tindakan iklim mereka. Dengan begini, mereka bisa mengklaim ikut mengurangi jejak gas rumah kaca sambil terus bergantung pada bahan bakar fosil dan rantai pasokan yang tidak berkelanjutan.

Para korporasi pendukung tersebut termasuk perusahaan minyak dan gas, maskapai penerbangan, produsen mobil, industri pariwisata, merek makanan cepat saji dan minuman, rumah mode, bank, dan perusahaan teknologi 

Namun, bagi 33 dari 50 pembeli korporasi terbesar, lebih dari sepertiga dari seluruh portofolio offset mereka ‘kemungkinan besar sampah.’ 

Ini menunjukkan bahwa setidaknya beberapa klaim tentang netralitas karbon dan pengurangan emisi dilebih-lebihkan. 

Kegagalan mendasar yang mengarah pada peringkat ‘kemungkinan besar sampah’ termasuk apakah pengurangan emisi akan terjadi secara alami, seperti yang sering terjadi pada bendungan hidroelektrik besar, atau apakah emisi hanya dipindahkan ke tempat lain, masalah umum dalam proyek offset kehutanan.

"Temuan ini menambah bukti-bukti mengungkap topeng hijau pasar karbon sukarela dan menunjukkan cara-cara berbahaya yang mengalihkan perhatian dari tindakan nyata dan berkelanjutan yang perlu dilakukan oleh korporasi dan pencemar terbesar dunia," kata Direktur Riset Corporate Accountability Rachel Rose Jackson, dikutip dari The Guardian pada Kamis (30/5).

Industri bahan bakar fosil adalah investor terbesar dalam 50 skema offset CO2 paling populer di dunia. 

Setidaknya 43% dari 81 juta kredit CO2 yang dibeli oleh perusahaan minyak dan gas adalah untuk proyek yang memiliki setidaknya satu kelemahan mendasar dan ‘kemungkinan besar sampah,’ menurut analisis tersebut.

Industri transportasi, yang menyumbang sekitar seperlima dari semua emisi pemanasan global, juga sangat bergantung pada proyek carbon offset untuk mencapai tujuan iklim. 

Lebih dari 42% dari total kredit (55 juta) yang dibeli oleh maskapai penerbangan dan 38% yang dibeli oleh produsen mobil (21 juta) untuk 50 proyek teratas 'kemungkinan tidak efektif dalam mengurangi emisi.'

Analisis baru ini dibuat melalui investigasi bersama tahun lalu terhadap 50 proyek offset CO2 teratas, yang telah menjual kredit karbon terbanyak di pasar global.

Sebagian Besar Proyek Offset Tidak Efektif

Sebagian besar dari 50 proyek offset paling populer diklasifikasikan sebagai ‘potensial atau kemungkinan besar sampah’ karena satu atau lebih kegagalan mendasar yang merusak janji pengurangan emisi, berdasarkan kriteria dan sistem klasifikasi yang diterapkan pada analisis tersebut.

Menurut data dari AlliedOffsets, proyek-proyek top 50 ini mencakup skema kehutanan, bendungan hidroelektrik, pembangkit listrik tenaga surya dan angin, pengelolaan limbah, serta skema peralatan rumah tangga yang lebih ramah lingkungan di 20 negara (sebagian besar negara berkembang). 

Proyek-proyek ini mencakup hampir sepertiga dari seluruh pasar karbon sukarela (VCM) global. Ini menunjukkan bahwa kredit karbon yang berlebihan atau terlalu tinggi nilainya dan yang membesar-besarkan manfaat pengurangan emisi bisa menjadi produk yang normal.

Industri VCM bekerja dengan kredit karbon yang dapat diperdagangkan sebagai izin atau sertifikat yang memungkinkan pembeli untuk mengimbangi (offset) 1 ton karbon dioksida atau setara dengan gas rumah kaca dengan berinvestasi dalam proyek lingkungan di mana saja di dunia yang mengklaim dapat mengurangi emisi karbon.

Para ahli iklim mengatakan pasar perdagangan karbon gagal memberikan manfaat yang dijanjikan, menunda transisi dari minyak, gas, dan batu bara, dan menyebabkan kerusakan pada hutan dan komunitas di negara-negara berkembang tempat sebagian besar proyek offset berada.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.