Katadata Green
Banner

Tiongkok Kurangi Emisi CO2 1% dari Total Emisi 2023

Unpslash
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 30 Mei 2024, 10.45

Tiongkok berencana mengurangi emisi karbon dioksida di industri utama sebesar sekitar 1% dari total emisi nasional 2023.

Hal ini dilakukan melalui peningkatan efisiensi di berbagai sektor, mulai dari produksi baja hingga transportasi, menurut rencana pemerintah Tiongkok yang dirilis pada Rabu (29/5).

Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia dan penghasil gas rumah kaca terbesar, juga menetapkan target untuk meningkatkan efisiensi energi dalam pertumbuhan ekonominya, sejalan dengan dorongan Presiden Xi Jinping untuk “kekuatan produktif baru.”

Rencana aksi pemerintah menyebut ekonomi Tiongkok akan membutuhkan 2,5% lebih sedikit energi untuk setiap unit pertumbuhan PDB pada tahun 2024. 

Target ini diharapkan tercapai melalui perubahan spesifik di berbagai industri, termasuk bahan bangunan dan petrokimia.

Tiongkok gagal mencapai target intensitas energi tahun lalu. Keinginan negeri tirai bambu ini untuk mengurangi emisi dan konsumsi energi sering kali berbenturan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup.

Peneliti senior di Asia Society Policy Institute Lauri Myllyvirta mengatakan mungkin saja emisi CO2 Tiongkok telah mencapai puncaknya pada tahun 2023, mencerminkan stagnasi pertumbuhan permintaan minyak dan ekspansi pembangkit listrik tenaga angin dan surya. 

Target resmi Tiongkok masih tetap sama, yaitu mencapai puncak emisi CO2 sebelum 2030.

Rencana ini mengulang target agar sumber energi non-fosil menyumbang sekitar 20% dari total penggunaan energi Tiongkok pada tahun 2025, naik dari target tahun ini sekitar 18,9%.

Berdasarkan rencana tersebut, Tiongkok akan mengontrol konsumsi batu bara secara ketat, mengontrol konsumsi minyak bumi secara wajar, dan mendorong penggunaan biofuel serta bahan bakar penerbangan berkelanjutan.

Untuk gas alam - yang dipandang Beijing sebagai jembatan untuk mencapai tujuan netral karbon pada tahun 2060 - rencana ini menyerukan percepatan pengembangan sumber daya seperti gas serpih dan metana batubara untuk meningkatkan pasokan domestik. 

Pemerintah Tiongkok juga akan memprioritaskan penggunaan gas untuk pemanasan rumah tangga selama musim dingin, dikutip dari Reuters pada Rabu (29/5).

Pembangunan kompleks energi terbarukan berskala besar dan pengembangan tenaga angin lepas pantai didorong agar sumber energi non-fosil akan mencapai sekitar 39% dari total pembangkit listrik pada tahun 2025, naik dari 33,9% pada tahun 2020.

Rencana tersebut juga menyatakan bahwa Tiongkok akan secara bertahap menghapus pembatasan pembelian kendaraan energi baru di seluruh daerah di negara tersebut, serta akan menerapkan kebijakan yang mendukung kendaraan energi baru.

Pemerintah akan mengontrol produksi logam, termasuk tembaga dan aluminium, sambil mengizinkan pengembangan produksi silikon, litium, dan magnesium - elemen yang digunakan dalam semikonduktor dan baterai.

Dikatakan pula bahwa lembaga-lembaga negara akan giat mengembangkan daur ulang logam.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.