Katadata Green HUT RI 79
Banner

Ratusan Juta Lansia Berisiko Sakit hingga Meninggal Imbas Cuaca Panas

ANTARA FOTO/Didik Suhartono/Spt.
Avatar
Oleh Rena Laila Wuri 15 Mei 2024, 12.29

Sebuah studi yang diterbitkan Nature Communications menunjukkan risiko paparan panas terhadap orang lanjut usia (lansia) di dunia akan berlipat ganda pada 2050. Hal ini disebabkan bumi yang memanas karena kenaikan rata-rata suhu global.

Copernicus Climate Change Service Uni Eropa mencatat April 2024 menjadi bulan kesebelas berturut-turut yang mencatatkan rekor suhu bulanan terpanas sepanjang sejarah pencatatan suhu udara di dunia.

Rata-rata suhu permukaan global sepanjang April 2024 yang baru adalah 15,03 derajat Celsius. Angka itu 0,14 derajat di atas rekor April terpanas sebelumnya pada 2016.

Dilansir The Guardian, studi dari Nature Communications mengungkapkan bahwa akan ada tambahan 250 juta orang berusia 69 tahun ke atas yang terpapar tingkat panas yang berbahaya diatas 37,5 derajat celcius. Dengan kondisi ini, dampak pada sistem kesehatan dan ketidaksetaraan global akan sangat besar. Ini karena orang tua lebih rentan terhadap suhu tinggi.

Diketahui pada pertengahan abad ini, jumlah orang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan akan berlipat ganda menjadi 2,1 miliar. Studi ini menyebut bahwa populasi yang akan terkena dampak terburuk cenderung berada di bumi bagian selatan yang lebih panas dan lebih miskin.

"Dua pertiga dari mereka akan tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana peristiwa iklim ekstrem sangat mungkin terjadi," prediksi studi itu dikutip dari The Guardian, Rabu (15/5).

Dalam hal ini, benua Asia akan mengalami tingkat paparan panas terhadap lansia hampir empat kali lebih tinggi daripada wilayah lain. Pasalnya, Asia memiliki populasi yang besar dan iklim yang panas.

Risiko Cuaca Panas untuk Lansia

Lansia mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit akibat panas dan kematian. Pasalnya, kapasitas tubuh untuk mengatur panas semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Orang yang lebih tua juga lebih mungkin memiliki penyakit kronis yang dapat memperburuk risiko paparan panas.

Proporsi yang lebih tinggi secara fisik lemah, hidup sendiri dan bergantung pada obat-obatan dapat menyebabkan dehidrasi. Obat-obatan yang bisa menyebabkan dehidrasi seperti diuretik, obat pencahar dan bumetanida.

Jumlah kematian akibat gelombang panas akhir-akhir ini didominasi orang tua lanjut usia. Kematian tertinggi tercatat di India dan Pakistan, dimana sebanyak 3.500 lansia meninggal akibat gelombang panas pada 2015. Kematian lansia yang tinggi  akibat gelombang panas juga terjadi di Eropa pada 2022.

Dilansir dari National Institute on Aging, Rabu (15/5), faktor-faktor yang menempatkan orang lanjut usia pada risiko lebih besar antara lain:

  1. Masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru , atau ginjal
  2. Perubahan kulit yang disebabkan oleh penuaan normal
  3. Penyakit apa pun yang menyebabkan kelemahan atau mengakibatkan demam
  4. Mengonsumsi obat-obatan seperti diuretik, obat penenang, obat penenang, dan beberapa obat jantung dan tekanan darah tinggi yang dapat mempersulit tubuh untuk mendinginkan diri
  5. Mengonsumsi beberapa obat resep secara bersamaan
  6. Mengalami obesitas, kelebihan berat badan, atau kekurangan berat badan
  7. Minum minuman beralkohol
  8. Tinggal di tempat tanpa AC atau kipas angin
  9. Menjadi dehidrasi

Reporter : Rena Laila Wuri Editor : Tia Dwitiani Komalasari
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.