Katadata Green
Banner

Biden Naikkan Tarif Impor Barang-barang dari Cina

ANTARA FOTO.pool via Reuters-van Vucci/hp.  U.S. President Joe Biden, center, and Indonesian President Joko Widodo arrive for the first session of the G20 Summit, in New Delhi, India, Saturday, Sept. 9, 2023. Evan Vucci/Pool via REUTERS
Avatar
Oleh Hari Widowati 15 Mei 2024, 11.35

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan kenaikan tarif bea impor yang tajam pada berbagai produk Cina, termasuk baterai kendaraan listrik, cip komputer, dan produk medis. Kebijakan baru yang mengarah pada perang dagang ini menuai pro dan kontra dari sejumlah pihak.

Americans for Free Trade, sebuah koalisi bisnis yang menentang hambatan tarif dalam perdagangan, menilai kebijakan tersebut justru bisa memicu inflasi.

"Selama proses ini, perwakilan dagang AS (USTR) menerima ratusan komentar dari bisnis besar dan kecil yang terkena dampak negatif dari tarif tersebut. Sangat disayangkan bahwa komentar-komentar ini diabaikan. Mempertahankan tarif, dan bahkan meningkatkannya di beberapa kategori, akan menyebabkan kenaikan harga dan membatalkan kemajuan apa pun yang telah dibuat Amerika Serikat untuk memerangi inflasi," kata asosiasi tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (14/5).

Elisa Pierce, Research Associate Wood McKenzie, mengatakan produsen panel surya di AS masih sangat tergantung pada komponen modul yang diimpor dari Cina, seperti kaca dan wafers. Ia memperkirakan tarif untuk produk-produk tersebut tidak akan dinaikkan.

"Namun, ada satu perubahan penting pada tarif yang akan menguntungkan produsen panel surya AS. Presiden Biden telah mengarahkan Duta Besar Tai untuk membuat proses pengecualian untuk beberapa peralatan manufaktur tenaga surya," ujar Pierce.

Menurutnya hal tersebut telah disampaikan oleh produsen panel surya dalam negeri, karena mereka kesulitan mendapatkan mesin ini dari luar Cina. "Hal ini akan menurunkan biaya pembangunan pabrik-pabrik tenaga surya di AS," tuturnya.

Marius Mordal Bakke, Analis Senior Riset Pemasok Tenaga Surya dari Rystad Energy, mengatakan kenaikan tarif impor microchip sebesar dua kali lipat dari 25% menjadi 50% pada 2025 dapat memacu produsen inverter yang ingin ekspansi di AS untuk mencari pemasok komponen-komponen ini di luar Tiongkok.

"Putaran baru tarif bea masuk antidumping dan penyeimbang (AD/CVD) pada eksportir utama komponen photovoltaic (PV) surya ke AS kemungkinan akan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada harga AS dan margin perusahaan daripada kenaikan bea masuk lebih lanjut untuk sel dan modul PV surya Cina," kata Bakke.

Ancaman Tindakan Balasan dari Cina

Eswar Prasad, Profesor Kebijakan Perdagangan Universitas Cornell yang juga mantan Kepala Departemen IMF Cina, menilai volume impor produk yang terkena dampak langsung kenaikan tarif ini tidak terlalu besar. "Tarif-tarif ini jelas menarik garis pertarungan untuk perdagangan produk yang menjadi tumpuan masa depan sektor manufaktur kedua negara," ujarnya.

Ia memprediksi Cina akan membalas perlakuan pemerintah AS ini. "Mengingat tingginya taruhan yang terlibat, putaran tarif ini dapat meningkatkan ketegangan perdagangan antara kedua negara dengan cara yang sulit untuk ditarik kembali," kata Prasad.

Ia mengatakan beberapa industri dan manufaktur AS akan mengalami kenaikan biaya dan gangguan rantai pasokan akibat kenaikan tarif ini. Akan tetapi, pemerintah AS berpendapat dampak kebijakan ini tidak akan terlalu besar dan dapat dikelola.

Serikat Pekerja Otomotif AS (UAW) menyambut baik kebijakan Gedung Putih untuk memastikan transisi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik merupakan transisi yang adil.

"Kami telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa, jika dibiarkan pada kekuatan keserakahan perusahaan, masa depan kendaraan listrik terancam oleh perlombaan menuju ke bawah, dari Cina ke Meksiko hingga di sini di Amerika Serikat," demikian pernyataan UAW.

Mereka menilai kebijakan kenaikan tarif impor untuk produk-produk dari Cina itu merupakan kebijakan yang pro-pekerja. "Pengumuman hari ini adalah langkah besar ke arah yang benar."

 

 

Reporter : reportergreen Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.