Katadata Green HUT RI 79
Banner

Selain Heat Stroke, Ini Bahaya Gelombang Panas yang Terjadi di Asia

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.
Avatar
Oleh Rena Laila Wuri 14 Mei 2024, 06.00

Masyarakat di beberapa negara di Asia, terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara tengah merasakan cuaca ekstrem yang dikenal sebagai gelombang panas atau heat wave.  Hydrologist WRI Indonesia, Yudhistira Satya Pribadi, menjelaskan terkait penyebab gelombang panas yang terjadi di kawasan tersebut.

Ia mengatakan cuaca panas di sejumlah negara  tersebut adalah salah satu dampak kenaikan suhu rata-rata global akibat pemanasan global. Gelombang panas sebelumnya terjadi di Eropa dan Amerika Serikat dalam kurun waktu enam tahun lalu. Namun, gelombang panas tersebut kini terjadi di Asia.

“Dan pada akhirnya, dampak paling besar yang kita rasakan adanya kenaikan frekuensi cuaca ekstrem, fenomena heat wave hingga banjir,” Yudhistira dalam acara Green Talks Episode 2 berjudul Suhu Makin Panas, Indonesia Dilanda Heatwave?, yang tayang di YouTube Katadata, Jumat (10/5)

Yudhistira mengatakan, gelombang panas bisa berdampak pada kesehatan, seperti dehidrasi dan heat stroke atau serangan panas. Pasalnya, gelombang panas menghasilkan suhu sangat tinggi yang biasanya direspon manusia dengan berkeringat.

Namun, kondisi tersebut berbeda dengan negara atau daerah dengan kelembaban udara yang tinggi. Semakin tinggi kelembabannya, mereka sulit berkeringat sehingga tidak dapat mendinginkan tubuhnya. Akibatnya manusia di daerah tersebut rentan mengalami heatstroke yang bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditangani.

“Seperti kejadi di Thailand, sedikitnya 61 orang dilaporkan meninggal akibat heatstroke, kondisi di mana tubuh menjadi terlalu panas. Jumlah yang lebih banyak dibandingkan tahun lalu dengan 37 orang yang meninggal,” ujarnya.

Selain berdampak buruk pada manusia, gelombang panas juga berdampak buruk pada lingkungan. Pasalnya, gelombang panas bisa memicu terjadinya kebakaran hutan. Hal itu bisa menyebabkan banjir dan bencana alam lainnya.

Untuk mengatasi gelombang panas tersebut, Yudhistira mengatakan, kita bisa lebih banyak menanam pohon. Pasalnya, keberadaan pohon merupakan pendingin natural bagi alam di sekitarnya.

Sebuah penelitian menyebutkan pohon dapat mendinginkan suatu wilayah hingga 80%. Selain mengeluarkan oksigen dan menyerap karbon, dapat menjadi tutupan agar sinar matahari tidak turun langsung.

 

 

 

 

Reporter : Rena Laila Wuri Editor : Tia Dwitiani Komalasari
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.