Sejak merilis program pengumpulan sampah elektronik pada Juni, perusahaan ritel multi seluler brand, erafone berhasil menghimpun 430 perangkat gadget hingga akhir Agustus 2025. Jumlah ini melebihi pencapaian yang ada di DKI Jakarta sebesar 144 perangkat.
“Hal ini melebihi ekspektasi awal karena telah melampaui hampir tiga kali lipat pencapaian di Jakarta,” kata Group Chief HC, GA, Legal & CSR Erajaya Group, Jimmy Perangin Angin, dalam keterangan tertulis, Kamis (21/8).
Dari ratusan gadget bekas yang terkumpul itu, kata Jimmy, 66 persen di antaranya merupakan perangkat berjenis ponsel pintar.
Menurut Jimmy, program Jaga Bumi telah beroleh respons positif dari pelanggan yang mendonasikan perangkat elektronik bekas, komunitas, dan pemerintah daerah. Menurutnya, apresiasi itu seiring dengan kegiatan kampanye yang digelar perusahaan secara lebih intensif.
“Beberapa potensi kolaborasi di masa mendatang sedang kami rencanakan juga untuk memperluas dampak dari program,” ujar Jimmy, seraya menambahkan bahwa erafone berencana memperluas cakupan Jaga Bumi ke kota-kota berikutnya.
Jaga Bumi merupakan bagian dari program erafone untuk strategi keberlanjutan dalam kaidah ESG, akronim dari environment, social, dan governance. Dengan begitu, program ini memiliki visi jangka panjang.
Meski belum ada pengukuran dampak pelaksanaan Jaga Bumi di Bandung saat ini, perusahaan akan melaporkan hal tersebut pada laporan keberlanjutan. Dan pada implementasinya, perusahaan melibatkan mitra untuk mengukur dampak lingkungan dari program ini, termasuk pengurangan jejak karbon.
“Kami belum bisa mengukur secara komprehensif terkait impact ini karena masih memerlukan waktu untuk melakukan analisa data yang lebih lengkap secara input maupun output,” ujarnya.
Sebagai tambahan, erafone telah menggelar Jaga Bumi sejak 2023 dengan mengumpulkan 59 gadget bekas. Lalu, perusahaan pada tahun berikutnya berhasil menghimpun sekitar 1.750 unit atau setara 211,8 kg.
Berdasarkan laporan berkelanjutan Erajaya pada 2024, jumlah e-waste yang terkumpul mampu mereduksi emisi sebanyak 467kg CO₂. Angka ini juga setara dengan pengurangan 10m³ sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, jumlah e-waste sekian setara dengan efisiensi energi sebesar 854 KWh.
Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia diperkirakan menghasilkan timbulan sampah elektronik mencapai 4,4 juta ton pada 2030, atau meningkat dari 2 juta ton pada 2021.
Proyeksi ini menunjukkan pentingnya keterlibatan seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri untuk mengurangi serta mengelola sampah elektronik secara efektif.