Bauran energi terbarukan di dunia mencapai 40% untuk pertama kalinya dalam sejarah, ditopang oleh penggunaan tenaga surya yang meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir.
Direktur Pelaksana Ember Energy, Phil MacDonald, mengatakan tenaga surya adalah sumber energi dengan pertumbuhan tercepat di dunia selama 20 tahun berturut-turut. Meski demikian, Ember mencatat porsi tenaga surya dalam sistem energi global relatif kecil, hanya 7% dari listrik dunia tahun lalu. Tenaga angin menyumbang lebih dari 8% dari energi global.
“Tenaga surya telah menjadi mesin transisi energi global. Dipasangkan dengan penyimpanan baterai, tenaga surya akan menjadi kekuatan yang tak terhentikan,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.
Teknologi yang tumbuh cepat ini masih kalah jauh dibandingkan tenaga air yang relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir. Tenaga air menyumbang lebih besar, sekitar 14% listrik dunia pada 2024. Tenaga air adalah salah satu teknologi energi terbarukan tertua di dunia modern. Pada 1940-an, saat sistem tenaga listrik masih 50 kali lebih kecil dari sekarang, air sudah menyumbang sebagian besar listrik global.
Ember menulis adanya pertumbuhan tenaga listrik bersih berada di jalur yang tepat agar lebih cepat dari permintaan listrik dunia. Artinya, bahan bakar fosil mulai disingkirkan dari sistem tenaga global.
Sebelumnya lembaga riset ini meramalkan bahwa 2023 bakal menjadi tahun di mana emisi dari listrik mencapai puncaknya, setelah mencapai titik jenuh pada paruh pertama tahun tersebut. Para ahli iklim berharap saat itu emisi akan mulai turun, tetapi serangkaian gelombang panas di seluruh dunia memicu lonjakan permintaan listrik untuk menyalakan sistem pendingin udara. Alhasil, penggunaan listrik dari bahan bakar fosil tumbuh sebesar 1,4% kala itu.
Laporan yang mencakup 93% pasar listrik global di 88 negara itu menemukan bahwa lonjakan permintaan mendorong emisi dari sektor listrik global naik sebesar 1,6% ke titik tertinggi sepanjang masa tahun lalu.
MacDonald mengatakan gelombang panas tidak mungkin memicu lonjakan permintaan serupa di tahun mendatang. Justru yang lebih memainkan peran adalah meningkatnya penggunaan listrik untuk menggerakkan kecerdasan buatan, pusat data, hingga kendaraan listrik.
Secara gabungan, teknologi tersebut menyumbang peningkatan 0,7% dalam permintaan listrik global pada tahun 2024. Angka ini meningkat dua kali lipat dari kontribusinya lima tahun lalu.
“Dunia sedang mengamati bagaimana teknologi seperti AI dan kendaraan listrik akan mendorong permintaan listrik. Jelas tenaga surya dan angin yang sedang berkembang pesat siap untuk memberikan hasil dan mereka yang berharap pembangkit bahan bakar fosil terus meningkat bakal kecewa,” ujar MacDonald.