Katadata Green
Banner

Program Biodiesel B40 Berisiko Sebabkan Kelangkaan Minyak Goreng

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Avatar
Oleh Rezza 7 Februari 2025, 14.26

Pengembangan biodiesel B40 berisiko memicu defisit minyak goreng nasional akibat penurunan produktivitas lahan dan kenaikan permintaan minyak goreng. 

Marselinus Andry, Kepala Departemen Advokasi Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengatakan produktivitas sawit diprediksi turun 5,1% tahun ini karena sebagian besar kebun sawit sudah memasuki usia non produktif dan perlu diremajakan. Sementara itu, permintaan sawit domestik justru diprediksi meningkat yang dipicu oleh sejumlah program nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pengembangan biodiesel. 

“Jangan sampai rencana pengembangan biodiesel justru diselesaikan dengan memperluas lahan sawit yang berujung pada peningkatan angka deforestasi,” katanya.

Marselinus mengatakan pengembangan B40 diperkirakan butuh 14,8 juta metrik ton sawit, atau naik sebesar 31,3% dari 2024. Laporan sejumlah lembaga juga menunjukkan perlu penambahan lahan sawit hingga 138.000 hektare untuk mendukung program B40. Penerapan B40 juga akan meningkatkan kuota biodiesel nasional menjadi 15,6 juta kiloliter (kl) dari sebelumnya 12,98 juta kl dalam Program B35. 

Marselinus mengatakan dengan asumsi kenaikan permintaan biosolar sebesar 3% per tahun dan pada 2035 pemerintah melaksanakan program B60, maka kebutuhan CPO untuk industri biodiesel di dalam negeri memerlukan 29.891 juta MT. Ia menambahkan, kebijakan pemerintah seperti pengetatan ekspor limbah pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), residu minyak sawit asam tinggi (High Acid Palm Oil

Residue/HAPOR), dan minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO), tidak bisa menjawab akar persoalan defisit minyak sawit untuk kebutuhan domestik. Ia menilai kebijakan tersebut justru akan berdampak buruk bagi petani sawit swadaya, karena pasokan bahan baku pabrik kelapa sawit (PKS) brondolan juga berasal dari petani swadaya.

“Pemerintah perlu mengatur rantai pasok dari petani swadaya termasuk pasokan brondolan tandan buah segar dari petani yang diolah pabrik kelapa sawit,” ujarnya. 

Model rantai pasok industri biodiesel saat ini, tidak memungkinkan petani sawit swadaya mendapatkan nilai tambah. Rantai pasok biodiesel masih bergantung pada korporasi besar, anak perusahaannya serta perusahaan pihak ketiga yang menjadi pemasok. Belum ada kemitraan antara perusahaan supplier biodiesel dengan koperasi milik petani swadaya.

Padahal Indonesia memiliki potensi sekitar 5,31 juta ha perkebunan sawit swadaya. Dengan asumsi produktivitas CPO/ha dalam setahun sebesar 2,8 MT, maka potensi produksi CPO dapat mencapai 14,87 juta MT atau 15,94 juta kL biodiesel. Potensi tersebut dapat menutupi kebutuhan produksi biodiesel B40. Potensi terbesar dari perkebunan sawit swadaya berada di Sumatera dan Kalimantan.

 

 

 

Editor : Rezza
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.