Katadata Green
Banner

Kekeringan Ancam 40% Daratan Bumi, Lebih dari 2 Miliar Orang Terancam

freepik.com/jcomp
Avatar
Oleh Rezza 10 Desember 2024, 12.25

Studi terbaru dari United Nation menunjukkan lebih dari 2,3 miliar manusia tinggal di lahan gersang yang terus mengering akibat perubahan iklim. 

Penelitian yang dilakukan oleh UN Convention to Combat Desertification itu menunjukkan sepertiga daratan di bumi mengalami iklim lebih kering dibandingkan dengan tiga dekade sebelumnya. Daratan gersang ini mencakup area seluas 4,3 kilometer persegi atau setara dengan setengah luas benua Australia. 

“Jika dunia gagal mencegah emisi, sekitar 3% dari wilayah lembab di dunia akan mengering pada akhir abad ini,” tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Studi itu juga memperkirakan kondisi tersebut akan menyebabkan sekitar 5 miliar penduduk bumi harus tinggal di lahan kering dan gersang. Lahan kering saat ini telah mencakup area sekitar 41% dari total daratan di planet bumi, di mana setengahnya berada di Asia dan Afrika. Sementara itu, wilayah padat penduduk seperti California, Mesir, Pakistan, India, dan Timur Laut Cina menjadi kawasan dengan populasi tinggi yang sangat terancam.

Kekeringan yang terjadi akibat perubahan iklim ini menyebabkan degradasi lahan dan kelangkaan air. Akibatnya, tanah menjadi tidak subur dan mengancam produktivitas agrikultur di beberapa kawasan. Selain itu, ada juga ancaman kebakaran lahan akibat iklim yang lebih kering. Kekeringan disebut menyebabkan kehilangan pendapatan domestik bruto (PDB) Afrika hingga 12% pada periode 1990-2015. 

Tidak hanya kekeringan yang mengancam area daratan, iklim yang lebih kering juga mengancam debit air di lebih dari setengah sungai di dunia. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan debit air di bawah normal atau jauh di bawah normal itu artinya daerah tersebut mengalami kekeringan. Di sisi lain, terdapat daerah di dunia yang memiliki debit air sungai melampaui normal atau surplus sedang terjadi kebanjiran. 

Dwikorita mengatakan, perubahan iklim mencakup berbagai aspek, termasuk peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, serta dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Apabila penanganan persoalan ini tidak disertai komitmen politik yang kuat, maka dampaknya akan sangat besar karena dapat memicu terjadinya konflik yang berimplikasi terhadap stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan. "Butuh komitmen bersama yang kuat untuk mengatasi krisis air akibat perubahan iklim," ujarnya dikutip dari siaran pers, Senin (27/5).
 

Editor : Rezza
Artikel Terpopuler
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.