Tiongkok terkenal sebagai negara industri yang kuat, tetapi kini status tersebut membawa manfaat bagi bumi karena menjadi contoh global dalam membangun infrastruktur energi berkelanjutan.
Laporan terbaru yang diterbitkan oleh Global Energy Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Tiongkok memimpin dunia dalam pengembangan energi terbarukan.
Tiongkok memiliki 180 gigawatt tenaga surya skala utilitas dan 159 gigawatt tenaga angin yang sedang dibangun, dengan total 339 GW.
Angka-angka tersebut mewakili 30% dari seluruh usulan proyek tenaga surya dan angin yang sedang berjalan, jauh melampaui tingkat konstruksi global sebesar 7%.
Terlebih lagi, seperti dicatat dalam artikel tersebut, laporan GEM hanya menghitung proyek tenaga surya dan angin besar yang masing-masing berkapasitas sebesar atau di atas 20 dan 10 megawatt.
Jika ditambahkan instalasi skala kecil, total keluarannya bisa jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan data.
Hal ini berarti Tiongkok berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target kapasitas 1.200 gigawatt pada 2024, enam tahun lebih cepat dari rencana awal negara tersebut.
Tidak terlalu mengejutkan karena Tiongkok terus mencetak banyak rekor.
Kegemarannya terhadap proyek-proyek besar telah menghasilkan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia, platform pembangkit tenaga angin terapung terbesar, dan pembangunan turbin yang sangat besar.
Negara-negara lain bahkan bekerja sama dengan Tiongkok untuk memanfaatkan keunggulan mereka dalam industri ini, seperti kesepakatan pembangkit listrik tenaga surya skala besar di Nikaragua.
Data menunjukkan Amerika Serikat (AS) berada di posisi kedua, dengan hanya 40 gigawatt proyek berkelanjutan yang sedang berjalan. Namun, proyek berkelanjutan berjalan dengan kecepatan yang lebih baik.
Pemerintahan Biden-Harris telah mengizinkan lebih dari 25 gigawatt proyek energi bersih di lahan publik dalam 18 bulan penuh sebelum tanggal target tahun 2025.
Merupakan berita yang menggembirakan melihat industri energi terbarukan global bergerak maju untuk memerangi dampak sampingan dari polusi yang menyebabkan pemanasan global.
Selain itu, belanja energi ramah lingkungan di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dibandingkan belanja energi lainnya, menandai adanya tren positif dalam menjauhi bahan bakar kotor.
Tiongkok menetapkan standar produksi global, dengan pembangkit listrik tenaga angin dan surya kini menyumbang 37% dari total kapasitas energi negara tersebut, peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Jelas penting bagi Tiongkok untuk terus menambahkan lebih banyak energi terbarukan untuk memenuhi targetnya. Namun pertanyaan yang harus kita hadapi semakin meningkat. Pertanyaannya pada diri kita sendiri adalah, mengapa seluruh dunia begitu lambat?,” kata Li Shuo, Direktur China Climate Hub di Asia Policy Institute di Washington DC, dikutip dari The Cool Down, Rabu (14/8).
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.