Badan akuntansi global mengusulkan panduan tentang bagaimana perusahaan dapat berbuat lebih banyak untuk menunjukkan dampak perubahan iklim pada kinerja keuangan perusahaan.
Menurut mereka, pengungkapan mandiri tidak memberikan kejelasan yang dibutuhkan investor.
Norma yang ditulis oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) diterapkan oleh perusahaan yang terdaftar di lebih dari 140 yurisdiksi, termasuk Uni Eropa, Kanada, Jepang, dan Inggris, meskipun Amerika Serikat memiliki aturannya sendiri.
IASB meluncurkan konsultasi pada hari Rabu mengenai panduan yang diusulkan bagi perusahaan untuk menerapkan aturan dewan yang ada guna melaporkan dampak perubahan iklim atau ketidakpastian lainnya dalam laporan keuangan mereka.
Regulator telah mulai meluncurkan pengungkapan keberlanjutan bagi perusahaan yang terdaftar, tetapi dipublikasikan di luar laporan keuangan dan diaudit dengan kurang ketat.
Contoh-contoh tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepada investor bagaimana pengungkapan keberlanjutan tersebut, seperti komitmen nol emisi karbon dan rencana tentang cara transisi ke sana, memengaruhi angka keuangan perusahaan pada aset, kewajiban, pendapatan, dan pengeluaran.
Para investor mengatakan mereka ingin mengetahui apakah aset akan mempertahankan nilainya di masa mendatang saat perubahan iklim merusaknya, seperti kerusakan akibat banjir.
"Mereka menyatakan kekhawatiran bahwa informasi tentang ketidakpastian terkait iklim dalam laporan keuangan terkadang tidak memadai atau tampak tidak konsisten dengan informasi yang diberikan di luar laporan keuangan," kata IASB, dikutip dari Reuters, Rabu (31/7).
Perusahaan minyak dan gas telah mencerminkan dampak perubahan iklim dalam catatan yang dilampirkan pada laporan keuangan mereka.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.