Pemerintahan Joe Biden pada hari Selasa mengumumkan akan berusaha untuk mengekang emisi gas rumah kaca industri yang kuat seperti nitrous oxide seiring dengan mulai masuknya Amerika Serikat ke fase baru dalam strategi nasional untuk melawan perubahan iklim berdasarkan perjanjian Paris.
Fokus pada gas industri mengikuti langkah-langkah Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi emisi metana, yang menghasilkan kampanye internasional untuk membuat negara-negara lain melakukan pemotongan besar-besaran serta pengurangan dalam negeri.
Seperti metana, nitrous oxide berumur pendek namun merupakan sumber pemanasan global yang kuat. AS berharap penargetan ini akan menghasilkan keuntungan yang cepat dan murah dalam upayanya melawan perubahan iklim.
“Sebagian besar diskusi mengenai perubahan iklim berfokus pada karbon dioksida, namun polutan super seperti metana dan nitrous oxide menyebabkan setengah dari perubahan iklim yang kita alami saat ini,” kata John Podesta, Penasihat Senior Presiden untuk Kebijakan Iklim Internasional.
Gedung Putih memulai upaya tersebut dengan sebuah acara pada hari Selasa dan pengumuman dari perusahaan industri, termasuk Ascend Performance Materials, yang mengambil tindakan sukarela untuk mengurangi emisi nitrous oxide.
Emisi nitrous oxide berasal dari berbagai sumber termasuk produksi beberapa pupuk dan bahan sintetis seperti nilon.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan kepada Reuters bahwa dibutuhkan biaya hanya US$10 per metrik ton untuk mengurangi emisi nitrous oxide melalui proyek yang dilaksanakan melalui pasar karbon sukarela.
Tahun lalu, AS dan Tiongkok sepakat memasukkan komitmen untuk mengurangi semua gas rumah kaca non-karbon dalam rencana iklim nasional mereka yang baru berdasarkan perjanjian iklim Paris, yang akan diserahkan ke PBB tahun depan.
Kepala Ilmuwan di Institute for Governance & Sustainable Development Gabrielle Dreyfuss berharap dua industri penghasil emisi terbesar tersebut akan bekerja sama dalam bidang nitrous oxide.
“Ketika AS dan Tiongkok bekerja sama, hal-hal besar bisa terjadi,” kata Gabrielle, dikutip dari Reuters, Selasa (23/7).
John mengatakan pada acara lain yang diselenggarakan oleh IGSD, Asia Society dan lembaga think tank Climate Advisers bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Tiongkok untuk bertemu dengan rekan-rekannya akhir tahun ini.
Acara hari Selasa tersebut juga mencakup komitmen sebesar US$300 juta (Rp 4,8 triliun) dari lembaga filantropi untuk Global Methane Hub, yang mendukung proyek-proyek pengurangan emisi metana di seluruh dunia.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.