Katadata Green
Banner

Panas dan Kelembapan Menjadi Kombinasi Mematikan di Dubai dan Kuwait

123RF.com/filmfoto
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 20 Juli 2024, 06.06

Kuwait mencatat suhu tertinggi ketiga di dunia pada bulan Juni, dengan 49,3 derajat Celcius tercatat di Bandara Internasional.

Pekan lalu, suhu naik lagi ke 51 derajat Celcius, mendekati rekor suhu di negara itu yakni 54 derajat Celcius. Dubai juga dilanda gelombang panas yang parah.

Menurut badan cuaca yang berbasis di Amerika Serikat, suhu terasa seperti mencapai 62 derajat Celcius meskipun suhu air raksa hanya mencapai 43 derajat Celsius.

Angka yang sangat tinggi ini disebabkan oleh kombinasi suhu udara yang tinggi dan kelembapan yang tinggi sehingga menghasilkan indeks panas yang jauh lebih panas daripada suhu udara yang tercatat.

Dikutip dari Euronews, Kamis (18/7), kedua negara sedang berjuang untuk mengatasi panas terik dan suhu yang mendekati batas atas yang dapat membahayakan nyawa jika keluar rumah.

Suhu di Dubai mendekati tingkat yang mengancam jiwa

Pada 17 Juli, suhu di Dubai naik hingga mencapai 62 derajat Celsius.

Angka tersebut mendekati perkiraan batas toleransi panas manusia. Kondisi iklim di mana panas tinggi dan kelembapan terjadi secara bersamaan sangatlah mematikan.

Suhu yang disebut bola basah memperhitungkan panas dan kelembapan, dan suhu 35 derajat Celsius atau lebih dianggap fatal bagi manusia jika terpapar selama lebih dari enam jam.

Ketika kelembapan mencapai 100%, keringat berhenti menguap sehingga tubuh tidak dapat mendinginkan diri. Bisa berakibat fatal jika seseorang terkena kondisi ini dalam waktu lama.

Badan cuaca di Dubai memperingatkan suhu mendekati batas suhu bola basah sehingga aktivitas di luar ruangan bisa mengancam jiwa.

Dubai rentan terhadap kondisi berbahaya ini karena posisi geografisnya yang dekat dengan garis balik utara atau Tropic of Cancer sehingga suhu tinggi tidak bisa dihindari dan kedekatannya dengan Teluk Persia menyebabkan kelembapan tinggi.

Namun, faktor penting lainnya adalah efek pulau panas perkotaan atau urban heat island effect, permukaan kota Dubai menyerap dan menahan panas sehingga menyebabkan wilayah perkotaan menjadi lebih hangat dibandingkan wilayah pedesaan di sekitarnya.

Bagaimana Dubai dan Kuwait menghadapi suhu yang mematikan?

Di Dubai, pemerintah telah mengeluarkan peringatan dan menyarankan penduduk dan wisatawan untuk mengambil tindakan pencegahan guna menghindari penyakit yang berhubungan dengan panas.

Mereka dihimbau untuk tetap berada di dalam rumah, di ruang ber-AC selama jam-jam terpanas di siang hari dan menghindari aktivitas di luar ruangan. Tetap terhidrasi juga penting.

Namun, masih ada kekhawatiran mengenai keselamatan pekerja di luar ruangan.

Di Kuwait, pemerintah mengeluarkan himbauan serupa. Masyarakat diminta untuk menghindari sinar matahari langsung serta mewaspadai bahaya sengatan panas dan kelelahan akibat panas.

Selama gelombang panas sebelumnya, pemerintah menghentikan aktivitas di lokasi konstruksi dan tempat kerja luar ruangan lainnya pada siang hari.

Apa dampak gelombang panas terhadap lingkungan?

Temperatur yang terik juga berdampak kepada lingkungan seiring dengan melonjaknya konsumsi energi.

Penggunaan listrik di Dubai mencapai rekor megawatt per jam karena masyarakat menyalakan AC untuk mengatasi suhu yang lebih tinggi.

Di Kuwait, meningkatnya penggunaan listrik dari AC telah menyebabkan pemadaman listrik.

Pemerintah mendesak masyarakat untuk menghemat listrik jika memungkinkan guna menghindari overload listrik.

Baik di Dubai maupun Kuwait, panas ekstrem diperkirakan akan berlanjut hingga beberapa hari ke depan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.