Pemerintah Ceko telah memilih Korea Hydro & Nuclear Power (KHNP) untuk membangun dua reaktor nuklir.
Ini merupakan proyek luar negeri pertama Korea Selatan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir skala besar sejak 2009.
Menurut Kementerian Industri Korea Selatan, kontrak akhir termasuk nilainya masih harus dinegosiasikan, dengan penyelesaian kesepakatan ditargetkan pada Maret.
Namun, pemerintah Ceko memperkirakan biaya satu unit baru ketika membangun dua unit di lokasi yang sama sebesar 200 miliar koruna Ceko atau US$8,65 miliar (Rp 139 triliun) dengan harga saat ini.
KHNP, anak perusahaan utilitas negara Korea KEPCO, mengalahkan tawaran dari EDF asal Perancis.
Korea Selatan berupaya memanfaatkan kebangkitan minat global terhadap tenaga nuklir, seiring dengan usaha negara-negara meningkatkan keamanan energi dan emisi karbon yang lebih rendah.
Selama proses penawaran, KHNP menegaskan kemampuannya untuk memenuhi tenggat waktu proyek dan menjaga biaya tetap sesuai anggaran berdasarkan rekam jejak Korea Selatan sebelumnya, termasuk pesanan tahun 2009 dari Uni Emirat Arab (UEA).
Dikutip dari Reuters, Rabu (17/7), dua sumber yang mengetahui dan menolak disebutkan namanya mengatakan tawaran dari Korea Selatan jauh lebih murah dibandingkan dengan tawaran yang diajukan oleh EDF.
Pada 2009, Korea Selatan, yang dipelopori oleh KEPCO, menandatangani kesepakatan senilai US$18,6 miliar (Rp 300 triliun) dengan UEA untuk membangun empat reaktor nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Barakah, dengan kapasitas total 5.600 megawatt (MW).
Menurut KEPCO, tiga reaktor mulai beroperasi masing-masing pada 2021, 2022 dan 2023. Reaktor keempat akan mulai beroperasi akhir tahun ini.
KHNP, yang berpartisipasi dalam proyek Barakah, mengawasi 26 reaktor nuklir di Korea Selatan termasuk beberapa yang telah beroperasi selama hampir 40 tahun. Data perusahaan menunjukkan KHNP sedang membangun dua reaktor lagi.
Menurut Asosiasi Nuklir Dunia, ke-26 reaktor tersebut memasok sekitar sepertiga listrik Korea Selatan.
Presiden Yoon Suk Yeol terpilih pada 2022 dengan janji untuk meningkatkan industri tenaga nuklir Korea Selatan. Ia menargetkan ekspor 10 pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2030.
Pada 2022, Atomstroyexport (ASE) asal Rusia melakukan subkontrak kepada KHNP dengan kesepakatan senilai sekitar 3 triliun won atau US$2,25 miliar (Rp 36 triliun) untuk menyediakan bahan dan membantu membangun empat pembangkit listrik tenaga nuklir di Mesir.
Pada 2022, Korea selatan dan Polandia menandatangani perjanjian untuk menilai kelayakan pembangunan empat reaktor nuklir berkapasitas 1.400 MW di Patnow, Polandia tengah, menggunakan teknologi Korea Selatan, meskipun statusnya saat ini tidak pasti.
Pada 2023, KHNP memenangkan proyek pembangunan fasilitas penghilangan tritium untuk reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir Cernavoda Rumania, dan mulai mengerjakan studi kelayakan untuk fasilitas tenaga nuklir baru di Belanda.
Saham pembangun pembangkit listrik tenaga nuklir Korea Selatan Doosan Enerbility naik 48% dalam tiga bulan, sebagian karena harapan terhadap proyek di Ceko.
Saham KEPCO Plant S&E dan KEPCO E&C, yang juga diharapkan terlibat dalam proyek tersebut, masing-masing meningkat 14% dan 41% pada periode yang sama.
Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.