Katadata Green
Banner

Krisis Sampah Memperparah Penderitaan di Gaza saat Perang Berkecamuk

Youtube Al Jazeera English
Avatar
Oleh Hari Widowati 17 Juli 2024, 08.15

Warga Palestina hanya bisa pasrah melihat anak-anak mereka mengais-ngais sampah di jalanan Gaza dalam krisis sanitasi yang semakin parah dan menambah kesengsaraan akibat perang.

“Kami tidak bisa tidur, tidak bisa makan, tidak bisa minum, baunya membunuh kami,” kata Ahmed Shaloula, salah satu dari sekian banyak warga Palestina yang mengungsi, yang berasal dari Kota Gaza dan tinggal di Khan Younis, seperti dikutip Reuters, Selasa (16/7).

Warga Palestina telah menghadapi krisis demi krisis sejak konflik meletus antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, pada bulan Oktober lalu. Selain serangan udara Israel, penembakan dan serangan darat, warga Palestina juga mengalami kelumpuhan akibat kekurangan makanan, bahan bakar, air, obat-obatan, dan rumah sakit yang tidak berfungsi.

Sampah menumpuk di daerah miskin tersebut - salah satu tempat yang paling padat penduduknya di dunia - yang sebagian besar telah berubah menjadi puing-puing. Pada malam hari, orang-orang terjaga untuk melawan nyamuk dan beberapa di antaranya terkena penyakit kulit seperti kudis.

“Kami menyerukan kepada pemerintah kota Khan Younis untuk membuang sampah,” ujarnya. Namun, seruan untuk mendapatkan layanan pemerintah masih menjadi angan-angan di Gaza setelah sembilan bulan perang.

Perang yang meletus saat Hamas menyerang Israel pada Oktober lalu, menurut perhitungan Israel, telah menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Sementara itu, Otoritas Kesehatan Gaza menyebut serangan Israel telah menewaskan lebih dari 38.000 orang Palestina.

Khan Younis adalah kota terbesar kedua di Gaza, yang dihuni oleh 2,3 juta orang. Omar Matar, pejabat yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah di Kota Khan Younis, mengatakan kerusakan akibat perang dan kekurangan bahan bakar telah menciptakan masalah sampah.

“Tumpukan sampah telah menimbulkan bau tak sedap, penyebaran serangga dan tikus, serta kebocoran cairan dari sampah ke penampungan air bawah tanah,” kata Matar.

Waduk tersebut merupakan sumber utama air minum bagi penduduk Khan Younis. Air bersih tidak tersedia di sebagian besar wilayah Gaza. “Tempat pembuangan ini tidak dirancang dengan baik untuk menghentikan kebocoran cairan limbah ke dalam air bawah tanah,” kata Matar.

Reporter : reportergreen Editor : Hari Widowati
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.