Katadata Green
Banner

Afrika Selatan Minta Pendonor Menunda Target Iklim

freepik.com/halayalex
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 16 Juli 2024, 12.23

Afrika Selatan mengaku akan gagal mencapai target emisi tahun 2030. Hal ini disampaikan kepada para pendonor dana bantuan iklim. 

Namun, Afrika Selatan berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada pertengahan abad ini seiring dengan upayanya menghilangkan hambatan finansial dan hambatan lainnya dalam meluncurkan energi terbarukan.

"Kami telah menyampaikan kepada para mitra hingga pagi ini bahwa kami tidak akan mampu memenuhi target tersebut pada 2030, sangat kecil kemungkinannya. Jika menggunakan jangka waktu panjang tahun 2050, kami tidak akan bergerak (dari) hal tersebut," kata Kgosientsho Ramokgopa, menteri energi yang baru.

Berdasarkan Perjanjian Iklim Paris, Afrika Selatan berkomitmen untuk mengurangi emisi antara 350 dan 420 juta ton pada 2030, dari 442 juta ton pada 2020, menuju nol emisi.

Kgosientsho mengaku akan bertemu dengan pemberi pinjaman dan penyedia listrik swasta untuk mempercepat investasi energi hijau dan memenuhi komitmen iklim.

Karena ketergantungannya yang besar pada batu bara untuk menghasilkan listrik, Afrika Selatan merupakan negara dengan perekonomian terbesar yang paling banyak menggunakan karbon di dunia.

Afrika Selatan juga penghasil gas rumah kaca terbesar ke-15, lebih tinggi dibandingkan Perancis, Italia atau Turki.

Setelah pemadaman listrik selama bertahun-tahun, Afrika Selatan harus memprioritaskan keamanan energi dengan meningkatkan produksi pembangkit listrik tenaga batu bara.

“Tetapi kami berkomitmen dalam jangka waktu (yang lebih lama) dan kami dapat mengatakan kepada mereka, inilah cara kami mencapainya,” kata Kgosientsho.

Pernyataan tersebut merujuk pada negara-negara kaya termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang menawarkan US$12 miliar (Rp 194 triliun) pendanaan, sebagian besar berupa pinjaman, untuk transisi energi di Afrika Selatan.

Kebijakan-kebijakan baru yang menurut Kgosientsho akan mempercepat proses tersebut, termasuk menghilangkan hambatan birokrasi terhadap tender swasta yang ada, mengambil alih lahan dari petani yang menghambat pembangunan jaringan listrik, dan menetapkan kembali harga kesepakatan dengan penyedia listrik yang gagal tercapai setelah perang Ukraina menaikkan harga komponen.

Afrika Selatan mempunyai sumber sinar matahari dan angin yang berlimpah. Rencana, yang sebagian didanai oleh pendonor, untuk secara bertahap mengurangi konsumsi batubara dipandang sebagai sebuah contoh uji coba bantuan serupa kepada negara-negara berkembang.

“Kami bergerak dengan lambat, kami harus lebih agresif dan saya berkomitmen untuk itu,” kata Kgosientsho, dikutip dari Reuters, Senin (15/7).

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.