Katadata Green
Banner

Batubara Murah Akan Menggantikan Gas Dalam Bauran Energi Eropa

123.com/parilovv
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 11 Juli 2024, 10.55

Kenaikan harga gas grosir di Eropa selama beberapa bulan terakhir bisa mendorong lebih banyak perusahaan utilitas beralih ke batu bara untuk pembangkit listrik pada musim dingin mendatang, bahkan ketika negara-negara mencoba untuk menghilangkan bahan bakar yang kaya karbon dari bauran listrik.

Walaupun banyak negara di Eropa, seperti Prancis, Inggris dan Italia, telah menghapuskan penggunaan batu bara sepenuhnya atau memiliki ruang terbatas bagi peralihan gas ke batu bara dalam skala besar, batu bara tetap menjadi bagian penting dari bauran energi di negara konsumen energi nomor satu di Eropa, yaitu Jerman dan sebagian besar Eropa Timur.

Peralihan gas ke batu bara akan membalikkan tren yang dimulai awal tahun ini ketika harga gas Eropa turun mendekati titik terendah dalam tiga tahun pada Februari, sehingga mendorong peralihan ke arah lain. Harga gas telah meningkat hampir 40% sejak tercatat di harga terendah pada 23 Februari.

Pembangkit listrik tenaga batu bara, yang menghasilkan emisi dua kali lipat setara karbon dioksida per megawatt hour (MWh) dibandingkan gas, juga harus memperhitungkan biaya perizinan karbon Uni Eropa yang lebih besar untuk mengimbangi emisi mereka.

Namun, biaya perizinan juga masih jauh di bawah rekor tertinggi tahun lalu yaitu lebih dari €100 euro atau US$108 (Rp 1.749.519), yang saat ini berada pada kisaran €68 per metrik ton.

Menurut LSEG, harga karbon di bawah €80 per metrik ton akan diperlukan untuk pembangkit listrik tenaga batu bara dengan efisiensi tinggi guna menggantikan pembangkit listrik tenaga gas dengan efisiensi 50% pada kuartal pertama tahun depan.

“Kami memperkirakan banyak pembangkit listrik tenaga gas dengan efisiensi rendah dan menengah akan digantikan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara dengan efisiensi tinggi dan menengah pada musim dingin ini, mulai November,” ujar Analis Listrik di LSEG, Petter Norby, dikutip dari Reuters, Rabu (10/7).

Harga batu bara dan karbon telah mengalami penurunan yang relatif besar tahun ini karena lemahnya permintaan di Asia, sentimen pasar yang hati-hati, dan tingginya stok.

"Sebaliknya, pasar gas terus mengalami tren naik karena ketatnya pasokan dan pemeliharaan LNG di Norwegia dan Inggris, yang menyebabkan peningkatan stok di bawah rata-rata,” kata Kepala Analisis Fundamental, Pemodelan, dan Meteorologi Axpo di perusahaan utilitas Swiss, Andy Sommer.

Melihat ke depan hingga Juli, Andy memperkirakan akan ada volatilitas yang berkelanjutan dengan fokus pada pola cuaca.

Menurut Analis Rystad Fabian Ronningen, pasokan LNG global yang ketat dan beberapa fasilitas offline di Amerika Serikat telah berkontribusi terhadap kenaikan harga gas Eropa selama sebulan terakhir, dan dapat terus menjadi faktor bullish.

Terdapat pula beberapa volatilitas yang disebabkan oleh potensi pemotongan pipa Rusia lebih awal dan penghentian pemeliharaan gas Norwegia yang sedang berlangsung selama musim panas.

Industri ketenagalistrikan Jerman masih sangat bergantung pada impor batu bara, dengan para importir melobi VDKI yang mematok tingkat impor tahunan saat ini sebesar 33 juta metrik ton, dimana 18 juta di antaranya untuk pembangkit listrik.

Data VDKI menunjukkan tingkat impor turun sekitar 26,3% dibandingkan 2022 ketika pasokan gas dari Rusia dihentikan menyusul invasi Ukraina, sementara tingkat impor batu bara untuk pembangkit listrik diperkirakan turun mendekati 40%.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
Artikel Terpopuler
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.