Katadata Green
Banner

Polusi Udara Turunkan Peluang Kelahiran Hidup dari Program Bayi Tabung

Freepik
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 8 Juli 2024, 19.44

Penelitian tentang dampak kesehatan dari udara beracun terhadap kesuburan menunjukkan paparan polusi udara secara signifikan dapat menurunkan peluang kelahiran hidup setelah perawatan program bayi tabung (IVF).

Paparan polutan sebelumnya telah dikaitkan dengan peningkatan angka keguguran dan kelahiran prematur, dan partikel jelaga mikroskopis telah terbukti berjalan melalui aliran darah ke dalam ovarium dan plasenta.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dampak polusi dimulai sebelum pembuahan dengan mengganggu perkembangan sel telur.

"Kami menemukan bahwa kemungkinan memiliki bayi setelah transfer embrio beku ternyata lebih dari sepertiga lebih rendah pada wanita yang terpapar polusi udara partikulat tingkat tertinggi sebelum pengambilan sel telur, dibandingkan dengan mereka yang terpapar polusi udara tingkat terendah," kata Dr. Sebastian Leathersich, spesialis kesuburan dan dokter kandungan dari Perth yang mempresentasikan hasil penelitian pada pertemuan tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology di Amsterdam.

Polusi udara merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia dan telah menyebabkan 6,7 juta kematian pada 2019 berdasarkan estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Partikel jelaga mikroskopis telah terbukti menyeberang dari paru-paru ke dalam aliran darah dan diangkut ke setiap organ di dalam tubuh, meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker lambung, dan demensia. Kontaminasi ini juga dikaitkan dengan penurunan kecerdasan.

"Polusi berbahaya bagi hampir semua aspek kesehatan manusia dan tidak mengherankan bagi saya jika kesehatan reproduksi juga terpengaruh. Saya berharap temuan ini akan membantu menyoroti urgensi dari situasi ini - bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius dan langsung terhadap kesehatan reproduksi manusia, bahkan pada tingkat yang disebut aman," ujar Sebastian.

Penelitian tersebut menganalisa perawatan kesuburan di Perth selama delapan tahun, termasuk 3.659 transfer embrio beku dari 1.836 pasien, dan melacak apakah hasil yang diperoleh terkait dengan tingkat materi partikulat halus, yang dikenal sebagai PM10.

Tingkat kelahiran hidup secara keseluruhan adalah sekitar 28% per transfer. Namun, tingkat keberhasilan bervariasi sesuai dengan paparan polutan dalam dua minggu menjelang pengambilan sel telur.

Peluang kelahiran hidup menurun sebesar 38% ketika membandingkan kuartil paparan tertinggi dengan kuartil terendah.

"Temuan ini menunjukkan bahwa polusi berdampak negatif pada kualitas telur, tidak hanya pada tahap awal kehamilan, yang merupakan perbedaan yang belum pernah dilaporkan sebelumnya," kata Sebastian, dikutip dari The Guardian, Minggu (7/7).

Tim peneliti sekarang berencana untuk mempelajari sel secara langsung untuk memahami mengapa polutan memiliki efek negatif. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa partikel mikroskopis dapat merusak DNA dan menyebabkan peradangan pada jaringan.

"Penelitian ini masuk akal secara biologis karena baru-baru ini ditemukan bahwa partikel bahan bakar fosil yang terhirup keluar dari paru-paru dan bersarang di organ-organ di seluruh tubuh. Kesehatan reproduksi sekarang dapat ditambahkan ke dalam daftar efek buruk dari materi partikulat yang berasal dari bahan bakar fosil, dan seharusnya mendorong para pembuat kebijakan untuk terus mengurangi emisi lalu lintas," kata Prof Jonathan Grigg, yang kelompoknya di Queen Mary University of London menemukan bukti bahwa partikel polusi udara ditemukan di plasenta.

Hubungan tersebut terlihat jelas meskipun kualitas udara secara keseluruhan sangat baik selama periode penelitian, dengan tingkat PM10 dan PM2.5 yang melebihi pedoman WHO hanya 0,4% dan 4,5% dari hari penelitian.

Australia adalah salah satu dari tujuh negara yang memenuhi pedoman WHO pada 2023, dan penelitian tersebut merupakan yang terbaru yang menunjukkan bukti bahaya bahkan pada tingkat polusi yang relatif rendah.

Konsultan Senior NHS dan Direktur Medis abc IVF dan Create Fertility Prof. Geeta Nargund mengatakan penelitian lebih lanjut akan sangat penting untuk lebih memahami dampak penuh polusi udara, yang secara tidak proporsional memengaruhi mereka yang berasal dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih rendah.

"Dalam menghadapi krisis kesuburan global, gambaran yang jelas mengenai hubungan antara faktor lingkungan seperti polusi udara dan kesehatan kesuburan atau hasil pengobatan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi penurunan tingkat kesuburan," ujar Prof. Geeta.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.