Kota Vatikan akan menjadi negara kedelapan di dunia yang menghasilkan 100% listrik dari energi terbarukan setelah Paus Fransiskus mengumumkan rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya.
Dalam sebuah surat apostolik, Paus mengatakan bahwa proyek tersebut akan dibangun di atas lahan milik Vatikan seluas 424 hektar di luar kota Roma, yang akan menambah kapasitas instalasi panel surya yang sudah ada di negara kota tersebut.
"Kita perlu melakukan transisi menuju model pembangunan berkelanjutan yang mengurangi emisi gas rumah kaca ke atmosfer, dengan tujuan netralitas iklim," tulis Paus Fransiskus dalam surat yang diberi judul Fratello Sole, atau Saudara Matahari.
Paus mengatakan umat manusia memiliki sarana teknologi yang diperlukan untuk menghadapi transformasi lingkungan dan konsekuensi etis, sosial, ekonomi, dan politiknya yang merusak. "Dan energi surya memainkan peran yang fundamental," tambahnya, dikutip dari The Independent, Senin (1/7).
Upaya tersebut akan membuat negara terkecil di dunia ini menjadi negara yang sepenuhnya mandiri secara energi, dengan semua kebutuhan listriknya dipenuhi oleh tenaga surya.
Setelah selesai, Kota Vatikan akan bergabung dengan Albania, Bhutan, Nepal, Paraguay, Ethiopia, Islandia, dan Kongo sebagai negara yang menghasilkan lebih dari 99,7% listrik dari energi terbarukan.
Sebanyak 40 negara lainnya menghasilkan setidaknya 50% listrik mereka dari teknologi energi terbarukan seperti panas bumi, hidro, matahari, atau angin.
"Kita tidak membutuhkan teknologi ajaib. Kita perlu menghentikan emisi dengan mengelektrifikasi segala sesuatu dan menyediakan listrik dengan Wind, Water and Solar (WWS), yang meliputi angin darat, fotovoltaik surya, tenaga surya terkonsentrasi, listrik geotermal, pembangkit listrik tenaga air kecil, dan pembangkit listrik tenaga air besar," kata Profesor Mark Z. Jacobson dari Universitas Stanford pada April lalu.
Lingkungan telah menjadi fokus utama kepausan Paus Fransiskus, yang pada tahun 2015 menyatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia merupakan salah satu keprihatinan utamanya terhadap masa depan planet bumi ini.
Kota Vatikan bergabung dengan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim pada 2022, yang bertujuan untuk mengatasi campur tangan manusia yang berbahaya terhadap sistem iklim.
Pada Mei lalu, Paus menyatakan bahwa krisis iklim telah sampai pada titik dimana sudah tidak ada lagi kesempatan untuk kembali dan menggambarkan lintasannya saat ini sebagai jalan menuju kematian.
"Sangat sulit untuk menciptakan kesadaran akan hal ini. (Para pemimpin dunia) mengadakan konferensi, semua orang setuju, mereka semua menandatangani, dan kemudian selamat tinggal. Namun kita harus memahami, pemanasan global sangat mengkhawatirkan," kata Paus Fransiskus.