Katadata Green
Banner

Prancis, Norwegia, Inggris Berlomba Bangun PLTB Terapung Lepas Pantai

BW Ideol
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 1 Juli 2024, 21.11

Angin lepas pantai telah menjadi bahan pokok produksi energi terbarukan. Namun, sejauh ini sebagian besar terbatas pada perairan dangkal, sehingga membatasi jumlah negara yang dapat memanfaatkannya.

Hal ini akan segera berubah berkat pembangkit listrik tenaga angin terapung. Teknologi ini terdiri dari turbin yang dipasang di atas substruktur yang mengapung dan ditambatkan ke dasar laut dengan rantai.

Ini berarti dapat digunakan di laut dengan kedalaman 300 meter atau lebih, dibandingkan dengan sistem yang lebih tradisional dengan memasang turbin di dasar laut, yang menjadi tidak ekonomis di kedalaman lebih dari 60 meter.

Karena memungkinkan produksi angin di perairan yang lebih dalam, teknologi ini diharapkan dapat membawa energi angin ke pasar-pasar baru, termasuk di Mediterania, dan diharapkan akan sepenuhnya komersial pada akhir dekade ini.

"Pembangkit listrik tenaga angin terapung lepas pantai adalah pemain penting dalam perang melawan perubahan iklim. Kemampuannya yang unik untuk memasuki pasar yang tidak sesuai dengan teknologi bottom-fixed dan membuka area dengan potensi angin yang lebih tinggi memposisikannya sebagai solusi utama," kata Direktur Proyek Komersial dan Keuangan Global BayWa r.e, Lorenzo Palombi, dikutip dari Euronews, Minggu (30/6).

Berdasarkan data dari Global Wind Energy Council, Eropa saat ini memimpin dalam hal pembangkit listrik tenaga angin terapung.

Eropa kehilangan statusnya sebagai pasar pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai terbesar di dunia pada 2022 dengan Amerika Serikat dan Tiongkok yang menyalipnya dalam hal penambahan kapasitas.

Namun, Eropa masih memegang posisi teratas untuk pembangkit listrik terapung, yang merupakan 79% dari penambahan baru tahun lalu.

Secara keseluruhan, kapasitasnya mencapai 208 megawatt - atau 88% dari instalasi global.

Sebagian besar berasal dari proyek-proyek demo kecil, namun beberapa negara mulai mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi ke tingkat komersial.

Prancis sedang dalam proses mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin terapung komersial pertama di dunia.

Proyek Pennavel akan dibangun di lepas pantai Brittany dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2031. Proyek ini diharapkan dapat menghasilkan 250 megawatt - cukup untuk menyediakan listrik bagi 450.000 orang setiap tahunnya.

Sementara itu, Inggris menargetkan produksi hingga lima gigawatt di tahun 2030 dan berkembang dengan dukungan pemerintah.

Norwegia juga menjadi incaran, yang telah memiliki proyek percontohan, serta Irlandia dan negara-negara Mediterania.

Di belahan dunia lain, negara-negara Asia juga mulai melirik pembangkit listrik tenaga angin terapung.

Pada Oktober 2023, pemerintah Jepang mengumumkan empat area kandidat untuk proyek percontohan dan, baru-baru ini, Marubeni Offshore Wind Development Corporation mengumumkan proyek percontohan dengan dua turbin di perairan dengan kedalaman sekitar 400 meter.

Korea Selatan juga memiliki banyak potensi dan sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin terapung, yang akan menjadi salah satu yang terbesar setelah rampung dibangun pada 2028.

Menurut Rebecca Williams dari Global Wind Energy Council, Korea Selatan juga mengalami perkembangan positif dalam hal investasi manufaktur dan pelabuhan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.