Katadata Green
Banner

Aturan Pelayaran Rendah Sulfur Perburuk Perubahan Iklim

Pertamina
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 20 Juni 2024, 16.39

Perubahan peraturan di tahun 2020 untuk memangkas polusi udara dari kapal-kapal di dunia dapat berperan dalam meningkatkan suhu rata-rata global.

Digambarkan pada saat itu sebagai perubahan terbesar dalam sejarah pasar minyak, International Maritime Organization (IMO) memberlakukan standar baru pada 1 Januari 2020, untuk memangkas kandungan sulfur bahan bakar menjadi 0,5% dari 3,5%.

Tim ilmuwan dalam makalah yang diterbitkan oleh jurnal Communications Earth & Environment pada 30 Mei, mengatakan perubahan peraturan tersebut menghasilkan pengurangan emisi sulfur dioksida sebesar 80%,

Makalah penelitian tersebut mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa suhu panas yang memecahkan rekor tahun lalu begitu ekstrem.

Ilmuwan peneliti di University of Maryland Tianle Yuan, yang juga penulis utama studi tersebut, mengatakan melalui media sosial bahwa dampak dari peraturan udara bersih dapat digambarkan sebagai peristiwa geoengineering yang tidak disengaja.

Hal ini dikarenakan sulfur dioksida, polutan yang terbentuk ketika bahan bakar yang mengandung sulfur seperti batu bara atau minyak bumi dibakar, bereaksi dengan uap air dan menghasilkan aerosol yang memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa.

Aerosol memiliki efek pendinginan langsung, meskipun para ilmuwan iklim mencatat bahwa kontribusinya terhadap pendinginan atau pemanasan global ketika aerosol berkurang masih rumit untuk diteliti.

Studi tersebut mengatakan penurunan emisi sulfur yang drastis sejak tahun 2020 mendukung keberlangsungan pencerahan awan laut, yang menurut beberapa peneliti dapat digunakan untuk membantu mendinginkan planet bumi.

Pertanyaan mengenai apakah pengurangan emisi sulfur dioksida dapat berkontribusi terhadap pemanasan global bukanlah hal yang baru bagi para ilmuwan iklim.

Namun, perdebatan tersebut baru-baru ini muncul kembali setelah terjadinya gelombang panas ekstrem di Atlantik Utara dan di banyak wilayah di Eropa. Suhu ekstrem dipicu oleh krisis iklim, yang penyebab utamanya adalah pembakaran bahan bakar fosil.

Para ilmuwan, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, secara umum menyambut baik penelitian tersebut karena tepat waktu, tetapi beberapa dari mereka mengatakan penelitian terssebut mungkin melebih-lebihkan dampak peraturan IMO.

Menurut Kepala Pemodelan Sistem Kelautan di Pusat Oseanografi Nasional Inggris, Joel Hirschi, penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengurangan sulfur dalam bahan bakar kapal sejak tahun 2020 kemungkinan besar telah mempercepat pemanasan planet bumi.

Namun, Joel mengatakan bahwa para penulis kemungkinan melebih-lebihkan dampak pengurangan sulfur dalam bahan bakar kapal terhadap suhu global yang memecahkan rekor tahun lalu dan tahun 2024.

"Rekor suhu tinggi yang kita saksikan pada tahun 2023 dan 2024 sangat luar biasa dan tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor saja. Penelitian tentang mengapa suhu akhir-akhir ini begitu tinggi sedang berlangsung dan berkurangnya kandungan sulfur dalam bahan bakar kapal hanyalah salah satu faktor penyebabnya," kata Joel, dikutip dari CNBC, Rabu (19/6).

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.