Katadata Green
Banner

Perubahan Iklim Pukul Produksi Pertanian Italia Tahun Lalu

freepik.com/freepic.diller
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 19 Juni 2024, 10.18

Produksi pertanian Italia menyusut tahun lalu karena produksi anggur, buah-buahan dan minyak zaitun terpukul oleh peristiwa cuaca ekstrim yang terkait dengan perubahan iklim.

Biro statistik nasional ISTAT mengatakan Eropa mengalami musim panas terpanas dalam 2.000 tahun terakhir pada 2023 dan bulan ini suhu di beberapa bagian benua tersebut telah melampaui 40 derajat Celcius.

Pertanian Italia mencatat penurunan volume produksi tahunan sebesar 3,9% pada 2023, dengan tanaman berkayu seperti tanaman merambat, buah-buahan, dan zaitun turun 11,1%.

"Tren tahun ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca buruk pada waktu yang berbeda dalam setahun, dengan serangkaian peristiwa ekstrem yang memengaruhi banyak tanaman yang sangat penting," kata ISTAT, dikutip dari Reuters, Selasa (18/6).

Produksi anggur turun lebih dari 17% ke level tahun 2017 karena suhu musim panas yang meluas hingga musim gugur, sementara produsen minyak zaitun di wilayah tengah mengalami penurunan produksi akibat kondisi yang tidak sesuai dengan musimnya, yaitu kondisi yang terlalu dingin dan lembab pada saat musim mekarnya bunga-bunga di musim semi.

ISTAT mengatakan produksi buah terhambat oleh badai hujan es dan musim semi yang membeku.

Berdasarkan laporan grup petani Italia, Coldiretti, menjelang musim panas, kekeringan di daratan selatan Italia dan pulau-pulau Sisilia dan Sardinia telah menyebabkan kematian tanaman dan ternak.

Para petani Italia bergabung dengan protes di seluruh Uni Eropa pada bulan Februari untuk menentang harga produk yang rendah, kenaikan biaya, impor murah, dan langkah-langkah Uni Eropa yang ditujukan untuk pertanian yang lebih berkelanjutan.

Italia termasuk di antara enam negara penentang kebijakan Uni Eropa yang mengharuskan negara-negara anggota untuk memperkenalkan langkah-langkah memulihkan alam di seperlima wilayah daratan dan lautan mereka di tahun 2030.

Uni Eropa Setujui Kebijakan Restorasi Alam

Negara-negara Uni Eropa menyetujui kebijakan untuk memulihkan alam yang rusak pada hari Senin (17/6), menjadikannya undang-undang lingkungan pertama yang disahkan sejak pemilihan Parlemen Eropa bulan ini.

Undang-undang restorasi alam menjadi salah satu kebijakan lingkungan terbesar Uni Eropa. Berdasarkan UU ini, negara-negara anggota harus memperkenalkan langkah-langkah memulihkan alam di seperlima wilayah daratan dan lautan mereka pada 2030.

Para menteri lingkungan negara-negara Uni Eropa mendukung kebijakan ini dalam sebuah pertemuan di Luksemburg, yang berarti bahwa kebijakan ini dapat disahkan menjadi undang-undang.

Dalam sesi pemungutan suara, Italia menentang undang-undang tersebut bersama-sama dengan Finlandia, Hungaria, Belanda, Polandia, dan Swedia. Belgia memilih abstain.

Negara-negara Uni Eropa berencana untuk menyetujui kebijakan tersebut Maret lalu tetapi membatalkan pemungutan suara setelah Hongaria secara tak terduga menarik dukungannya. Langkah penarikan dukungan tersebut menghapus mayoritas tipis yang mendukung.

Beberapa negara termasuk Belanda menyuarakan kekhawatiran mereka bahwa kebijakan ini akan memperlambat ekspansi PLTB dan kegiatan ekonomi lainnya. Menurut Polandia, kebijakan tersebut kurang perencanaan soal pendanaan untuk perlindungan alam.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.