Banner

Energi Terbarukan Menjadi Sumber Daya Utama untuk Data Center

Katadata/123RF
Avatar
Oleh Arsyad Paripurna 12 Juni 2024, 09.11

Energi terbarukan dipercaya akan menjadi sumber daya utama untuk data center dibandingkan dengan gas alam.

Hal ini disampaikan oleh CEO Nextracker, Dan Shugar. Nextracker adalah penyedia sistem terkemuka yang memungkinkan panel surya melacak posisi matahari, sehingga meningkatkan performa.

Menurutnya, energi matahari berkembang pesat dengan sejumlah besar proyek surya menunggu untuk disambungkan ke jaringan listrik.

Perusahaan-perusahaan teknologi memiliki tujuan keberlanjutan yang serius dan tidak ingin mengoperasikan data center dengan menggunakan bahan bakar fosil.

Lonjakan kebutuhan daya dari kecerdasan buatan dan data center akan dipenuhi terutama dengan energi terbarukan, bukan bahan bakar fosil.

Industri gas alam percaya bahwa mereka yang terbaik untuk memenuhi lonjakan permintaan daya dari data center.

Mereka beralasan energi terbarukan tidak cukup dapat diandalkan secara tunggal untuk mendukung proyek-proyek yang haus akan energi tersebut.

Namun, Dan mengatakan biaya rendah dan penyebaran tenaga surya yang cepat serta tujuan iklim yang ambisius dari perusahaan teknologi besar (big tech) akan menjadikan energi terbarukan sebagai pilihan daya yang lebih disukai untuk data center.

Nextracker membangun sistem yang memungkinkan panel surya untuk melacak posisi matahari, sehingga meningkatkan efisiensi pembangkit listrik terbarukan.

Perusahaan ini telah mengalahkan ekspektasi Wall Street selama empat kuartal berturut-turut.

Nextracker memiliki backlog lebih dari US$4 miliar (Rp 65,1 triliun) dan telah mengirimkan 100 gigawatt hingga saat ini, dua kali lipat dari beban puncak listrik di California.

Saham Nextracker naik 19% dari tahun ke tahun dan 37% selama dua bulan terakhir. Menurut FactSet, sekitar 80% analis Wall Street yang meliput perusahaan ini menilai sahamnya sebagai saham beli atau overweight.

Lebih dari 1.500 gigawatt proyek pembangkit listrik meminta koneksi ke jaringan listrik. Menurut Lawrence Berkeley National Laboratory, laboratorium yang disponsori oleh Departemen Energi AS, tenaga surya mewakili 70% dari proyek-proyek tersebut, atau 1.028 gigawatt.

Jika termasuk tenaga angin, ada sekitar 1.400 gigawatt energi terbarukan yang sedang dalam proses untuk disambungkan, yang mana lebih besar dari seluruh kapasitas terpasang jaringan listrik AS.

Di sisi lain, proyek-proyek gas menghasilkan 79 gigawatt, atau 5%, dari daya yang mengantri untuk disambungkan.

“Akan ada beberapa gas, tetapi kami yakin berdasarkan data yang diterbitkan oleh Departemen Energi, sumber energi utama untuk data center adalah energi terbarukan. Industri kami berada jauh di depan, tidak peduli bagaimana Anda melihatnya,” ujar Dan, dikutip dari CNBC pada Jumat (7/6).

Big Tech Inginkan Energi Bersih

Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan listrik dari data center akan meningkat dua kali lipat menjadi 8% dari total konsumsi listrik di Amerika Serikat pada 2030.

Jika data center yang lebih tua mungkin berukuran 100 hingga 200 megawatt, beberapa data center monster saat ini mungkin sebesar 1.000 megawatt. Jumlah tersebut setara dengan daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir pada umumnya.

Berdasarkan laporan bulan April dari Goldman, gas alam memasok 60% dari pertumbuhan permintaan listrik dari data center dan energi terbarukan memasok 40%.

Goldman memperkirakan emisi karbon dari data center bisa meningkat dua kali lipat pada 2030 menjadi sekitar 220 juta ton, atau 0,6% dari emisi energi global, dengan asumsi bahwa gas menyediakan sebagian besar daya.

Dan menunjuk tujuan iklim perusahaan teknologi sebagai katalisator permintaan energi terbarukan.

“Klien yang mengembangkan data center memiliki tujuan keberlanjutan yang sangat serius dan mereka tidak ingin tenaga listriknya berasal dari fosil. Pada dasarnya energi terbarukan lebih murah daripada gas,” ujarnya.

Microsoft, misalnya, baru-baru ini menandatangani kesepakatan energi terbarukan yang sangat besar dengan Brookfield Asset Management.

Kesepakatan energi terbarukan terbesar yang pernah ditandatangani keduanya hingga saat ini.

Masalah backlog

Namun, para analis telah menunjukkan adanya backlog energi terbarukan yang sangat besar dalam antrean koneksi sebagai tantangan bagi industri tersebut.

Ini dapat mengakibatkan peningkatan pemanfaatan aset gas yang ada untuk sementara waktu guna membantu menyalakan data center dan proyek-proyek lainnya.

“Jika Anda ingin membangun proyek energi terbarukan atau proyek baru yang terhubung ke jaringan listrik, dibutuhkan setidaknya dua hingga tiga tahun untuk mendapatkan semua persetujuan interkoneksi,” kata Direktur Riset Energi Bersih di Mizuho Securities, Maheep Mandloi.

Dan mengatakan penundaan pembangunan dapat menjadi masalah bagi beberapa proyek, namun begitu proses interkoneksi selesai, pembangunan dapat berjalan dengan cepat.

Pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki siklus pengembangan yang lebih panjang dibandingkan energi terbarukan, lebih sulit untuk mendapatkan izin, dan menghadapi masalah biaya bahan bakar yang berubah-ubah.

“Intinya ada portofolio proyek yang sangat besar dan masif di seluruh AS yang telah diajukan, meletakkan deposit interkoneksi, memiliki studi teknik yang maju dengan utilitas,” ujar Dan.

Ia juga menolak argumen bahwa kondisi cuaca yang berubah-ubah, atau intermiten, menjadi masalah bagi energi terbarukan. “Saya tidak percaya,” katanya.

Sebagian besar proyek tenaga surya skala utilitas yang melibatkan Nextracker memiliki penyimpanan baterai. Baterai menyimpan energi untuk digunakan saat matahari mulai redup atau kondisi angin tidak terlalu kencang.

Menurut Energy Information Administration, penyimpanan baterai di AS diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat tahun ini sebesar 14,3 gigawatt.

Ada 1.000 gigawatt penyimpanan yang sedang menunggu untuk disambungkan saat ini.

Secara keseluruhan, ada total 2.480 gigawatt tenaga surya, angin, dan penyimpanan yang akan dihubungkan.

Menurut Lawrence Berkeley National Laboratory, jumlah ini hampir dua kali lipat dari kapasitas jaringan listrik AS saat ini.

“Singkatnya, kami melihat data center menjadi pendorong permintaan yang semakin signifikan untuk energi terbarukan, baik dari sudut pandang permintaan agregat maupun sebagai sumber energi yang lebih ramah lingkungan,” kata Dan.

Reporter : reportergreen Editor : Arsyad Paripurna
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.