Katadata Green
Banner

BRIN Ungkap Penyebab Indonesia Tidak Dilanda Gelombang Panas

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Avatar
Oleh Rena Laila Wuri 15 Mei 2024, 14.09

Gelombang panas atau heatwave tengah melanda sejumlah negara di Asia, seperti Thailand, Filipina, Bangladesh hingga India. Suhu panas rata-rata di negara-negara terdampak bisa sekitar 40 hingga 50 derajat Celcius.

Profesor Riset bidang Meteorologi, Pusat Riset Iklim, dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, mengatakan gelombang panas adalah suatu kondisi dimana suhu rata-rata melebihi lima derajat celsius di atas rata-rata suhu normal selama lebih dari 30 tahun.

“Bilamana suhu pada kawasan tertentu selama lebih dari 30 tahun suhunya berkisar 27 hingga 28 derajat celsius, tetapi pada saat itu melonjak menjadi 33 hingga 34 derajat celsius, serta permanen selama empat hingga lima hari, dapat kita definisikan sebagai gelombang panas,” jelas Eddy, dalam keterangan pers, dikutip Rabu (15/5).

Namun, Eddy mengatakan, Indonesia tidak mengalami fenomena gelombang panas tersebut. Hal ini karena wilayah Indonesia diselimuti awan  hampir setiap hari. Kondisi tersebut tak lepas dari geografis Indonesia yang dua pertiganya berupa lautan dan sepertiganya adalah daratan.

"Dengan lima pulau besar dan 17.548 pulau, di mana masing-masing pulau menghasilkan konveksi lokal dan konveksi regional sehingga menghasilkan awan. Alhasil kawasan kita Indonesia ini relatif aman dari bahaya gelombang panas," ucapnya.

Ia mengatakan, awan menjadi penghalau gelombang panas yang efektif. Apabila sebuah kawasan tidak memiliki awan, maka rentan mengalami gelombang panas.

Cuaca Panas Indonesia Disebabkan Peralihan Musim

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut fenomena suhu panas di Indonesia itu disebabkan oleh peralihan musim.

Dwikorita mengatakan, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. "Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita dalam keterangan pers, Senin (6/5).

Ia mengatakan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Hal ini memungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

Kondisi inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia. Suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

“Sama halnya dengan kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau,” kata Dwikorita.

Reporter : Rena Laila Wuri Editor : Tia Dwitiani Komalasari
;

Katadata Green merupakan platform yang mengintegrasikan berita, riset, data, forum diskusi, dan komunitas untuk menginformasikan, bertukar gagasan, hingga kolaborasi untuk pembangunan hijau dan berkelanjutan di Indonesia.